Jakarta, Kompas
Persoalan itu diungkap dalam Media Edukasi Asri Urologi Center, Senin (3/10), yang diadakan RS Asri Jakarta. Nur Rasyid, dokter spesialis urologi RS Asri, menjelaskan, inkontinensia urin (IU) adalah gejala air seni yang keluar saat tak diinginkan. ”Jadi, penderita sudah tidak bisa mengontrol atau menahan air seninya,” kata Rasyid.
IU bisa dialami laki-laki dan perempuan. Faktor penyebab antara laki-laki dan perempuan sangat berbeda.
Pada laki-laki, salah satu penyebabnya komplikasi pembesaran prostat yang membuat dinding kandung kemih lebih sensitif. Pada perempuan penyebabnya lebih kompleks, seperti kelemahan otot-otot dasar panggul yang berfungsi sebagai ”klep” kandung kemih akibat penuaan dan perubahan kadar hormon saat menopause. Proses persalinan normal dengan bayi berat badan besar dan operasi di daerah panggul, seperti pengangkatan rahim, juga bisa menyebabkan IU.
Penderita IU, terutama pada usia produktif, bisa mengalami gangguan psikologis akibat bau tak sedap pada dirinya, kurang tidur, dan gangguan kehidupan seksual.
Harrina E Rahardjo, spesialis urologi pada Departemen Bedah Fakultas Kedokteran UI, mengungkap fakta prevalensi gangguan mengompol. Menurut International Continence Society, pada 2008 tercatat 98 juta pria dengan gangguan mengompol. Jumlah perempuan 250 juta.
Diperkirakan, pada 2013 terjadi lonjakan jumlah penderita IU karena kasus stroke dan diabetes yang meningkat. Umumnya, mereka mengalami kekacauan pada otak dan otot-otot berkemih sehingga mengompol.
Persatuan Kontinensia Indonesia pada 2008 meneliti Profil Inkontinensia Urin pada usia anak, dewasa, dan usia lanjut di Indonesia. Enam RS pendidikan terlibat, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Medan. Dari 2.765 responden sesuai kriteria, prevalensi total IU sebesar 13 persen.