Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sawit Mengancam Pembangkit Listrik

Kompas.com - 10/11/2011, 03:17 WIB

BINTUHAN, KOMPAS - Masuknya perkebunan kelapa sawit swasta di Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur, Bengkulu, mengancam keberadaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang selama ini menyuplai kebutuhan listrik warga di daerah tersebut.

Demikian disampaikan Kepala Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kaur Gunnata Akbar, Rabu (9/11). Hanya, kata Gunnata, PT Ciptamas Bumi Selaras (CBS), perusahaan perkebunan kelapa sawit itu, telah memiliki kerangka acuan analisis dampak lingkungan yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Bengkulu.

Dalam rencana kegiatannya, PT CBS akan membuka kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kecamatan Nasal dan Maje. Berdasarkan izin prinsip yang dikeluarkan Bupati Kaur Nomor 339 Tahun 2010, perusahaan itu membuka kebun kelapa sawit seluas 10.000 hektar. Sementara itu, pabrik pengolahannya berkapasitas 30-45 ton tandan buah segar per jam.

”Kami khawatir pembukaan kebun sawit yang luas di Desa Bukit Indah dengan topografi berbukit akan merusak daerah tangkapan air dan menimbulkan erosi. Sementara itu, di Nasal ada beberapa sungai yang dimanfaatkan untuk listrik warga,” tutur Gunnata.

Seperti di Desa Bukit Indah, Kecamatan Nasal, terdapat pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) di Sungai Kulik yang dibangun melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. PLTMH berkapasitas 8.000 watt itu menjadi sumber energi listrik bagi warga bukit Indah. Ada juga PLTMH di Desa Muara Dua (5.000 watt) dan Desa Air Palawan (5.000 watt) yang juga ikut terancam.

Gunnata menambahkan, Pemda Kaur akan mengkaji amdal perkebunan kelapa sawit itu sebelum perusahaan membebaskan lahan untuk kebun.

Imrodili dari Ulayat, lembaga swadaya masyarakat bidang konservasi lingkungan, menyatakan, sebagai tim komisi amdal, Ulayat tidak dilibatkan dalam pembahasan kerangka acuan analisis dampak lingkungan PT CBS.

Dari Stabat, Sumatera Utara, dilaporkan, lebih dari 100 nelayan dari enam desa di tiga kecamatan di Kabupaten Langkat membobol tanggul di hutan bakau seluas 1.200 hektar yang dikonversi menjadi areal perkebunan sawit di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat.

Pembobolan dilakukan karena konversi lahan mengakibatkan tangkapan nelayan tradisional merosot tajam selama setahun terakhir. (ADH/WSI/WER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com