Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2012, 09:39 WIB

Jakarta, Kompas - Deteksi dini dan pemberian obat antiretroviral terbukti mampu menyembuhkan pengidap HIV/AIDS. Temuan di sejumlah negara ini memberi harapan diakhirinya pandemi HIV/AIDS.

Ketua Unit Pelayanan Terpadu HIV RS Cipto Mangunkusumo Prof Zubairi Djoerban di Jakarta, Jumat (3/8), saat menyampaikan hasil Konferensi AIDS Internasional Ke-19/2012, mengatakan, penelitian menunjukkan tiga pengidap HIV disertai leukimia akut dan gangguan limfoma bisa sembuh total. Virusnya tak terdeteksi lagi.

Adapun 14 pengidap HIV lain sembuh fungsional, yaitu virusnya tetap ada, tetapi tidak berkembang. Mereka langsung minum antiretroviral (ARV) selama tiga tahun begitu didiagnosis positif HIV. Kini, meski tujuh tahun tanpa obat, mereka tetap sehat.

”Di Indonesia, penggunaan ARV selama tiga tahun sulit menyembuhkan karena infeksi HIV diketahui dalam fase lanjut,” katanya.

Untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayi, ibu hamil dengan HIV wajib minum ARV. Hasilnya, tak ada bayi lahir tertular HIV dari ibunya di Distrik Columbia, AS, sejak 2009.

Penggunaan ARV terbukti mampu menekan infeksi baru HIV. Sejumlah negara, seperti Malaysia dan Thailand, mewajibkan semua ibu hamil mengikuti tes HIV. Jika terdeteksi, mereka langsung diberi ARV.

”Tes HIV bagi semua ibu hamil sulit dilakukan di Indonesia karena pengidap HIV masih didiskriminasi. Padahal, HIV bisa menular kepada siapa saja dan di mana saja,” kata dokter dari RS Kramat 128 Jakarta, Dyah Agustina Waluyo, yang juga hadir dalam konferensi.

Kondisi HIV di Indonesia berkebalikan dengan kondisi global. Saat pertumbuhan kasus baru HIV di sejumlah negara menurun, di Indonesia malah naik.

Laporan situasi perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sampai Maret 2012 memperkirakan, 6,58 juta orang di Indonesia rawan tertular HIV pada 2009. Jumlah tertinggi berasal dari pria pelanggan pekerja seks (3,17 juta orang) dan istri mereka (1,94 juta orang). Namun, yang terdata hingga Maret 2012 baru 82.870 kasus HIV dan 30.430 kasus AIDS. Dari jumlah itu, hanya 25.817 orang yang dapat ARV.

Hal ini menunjukkan tingginya kesenjangan jumlah penduduk yang rentan tertular HIV dan yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS serta mendapat terapi ARV. Deteksi dini sulit dilakukan karena tingginya diskriminasi terhadap pengidap HIV.

Dyah menambahkan, penanganan HIV di Indonesia belum terintegrasi. Di negara lain, tempat tes HIV terintegrasi dengan pusat layanan kesehatan sehingga pengidap bisa langsung ditangani. (MZW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau