Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/08/2012, 14:03 WIB

Kompas.com- Anak-anak dan bayi yang mendapatkan anestesi atau pembiusan untuk operasi beresiko mengalami gangguan kemampuan berkomunikasi. Dalam penelitian, gangguan itu tampak di usia 10 tahun. Kendati begitu, belum bisa dipastikan apakah penyebabnya adalah prosedur anestesi.

Anestesi biasanya dilakukan untuk terapi pengobatan hernia, sunat, operasi amandel, serta pengobatan telinga bagian dalam.

Penelitian mengenai bahaya anestesi dilakukan menggunakan data 2.600 anak yang lahir di Australia antara tahun 1989 dan 1992. Dari jumlah tersebut, 321 anak mendapatkan anestesi setidaknya satu kali sebelum mereka berusia tiga tahun.

Di usia 10 tahun, seluruh responden tersebut diberikan tes untuk mengukur kemampuan berpikir, bahasa, dan keterampilan motorik dan perilaku.

Hasilnya ditemukan tidak ada perbedaan antara gangguan perilaku atau fungsi motorik berdasarkan pernah tidaknya mereka mendapat anestesi di usia bayi atau balita.

Meski begitu, anak-anak yang mendapat anestesi dua kali, menunjukkan gejala kesulitan berbahasa dan sekitar 70 persen memiliki masalah dalam penalaran dibandingkan dengan kelompok non-anestesi. Para peneliti mengelompokkan "kesulitan berbahasa" sebagai di bawah standar nilai.

Penelitian pada bayi hewan menunjukkan anestesi bisa menyebabkan kematian sel-sel otak dan memengaruhi formasi sirkuit yang memungkinkan saraf-saraf saling berkomunikasi. Tetapi, belum jelas apakah hal yang sama juga terjadi pada otak anak-anak.

Berdasarkan studi tersebut, peneliti mengatakan secara umum perbedaan dalam kemampuan berbahasa dan nalar antara kedua kelompok tidak terlalu terlihat. Tetapi beberapa penelitian pernah menemukan kaitan antara anestesi pada usia anak-anak dengan gangguan perilaku lainnya seperti hiperaktif.

Yang harus dicatat, menurut peneliti, apabila anestesi memang terbukti menyebabkan gangguan dalam belajar, prosedur tersebut tetap diperlukan dalam operasi.

"Hasil riset menyebutkan bahwa anak tetap perlu dioperasi jika memang diperlukan. Namun anestesi berulang kali bisa meningkatkan risiko dalam jangka panjang," kata Dr.Caleb Ing, ahli anestesi dari Columbia University Medical Center, New York, AS.

Ing mengatakan saat ini sedang melakukan penelitian untuk mengetahui adakah perbedaan jangka panjang antara anestesi lokal atau anestesi umum. Karena itulah untuk saat ini belum diperlukan adalah perubahan dalam prosedur medis, khususnya untuk operasi.


 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com