Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jasamarga

Hewan Pengerat Sebabkan Dua Wabah Terdahsyat di Dunia

Kompas.com - 09/02/2014, 12:07 WIB

KOMPAS.com - Sebuah tim ilmuwan internasional yang menelusuri asal-usul dua wabah yang paling dahsyat di dunia mengatakan, pandemi yang terjadi ratusan tahun yang lalu itu disebabkan oleh varian genetik yang sama. Mereka memperingatkan bahwa varian genetik baru dapat memicu wabah pada masa depan.

Para pakar sejarah mencatat, wabah Justinian pertama kali terjadi pada abad ke-6. Pandemi itu berasal dari China dan menewaskan 30 sampai 50 juta orang ketika menyebar di Asia, Afrika Utara, Arab dan Eropa antara tahun 1347 dan 1354. Para pakar yakin wabah, yang disebabkan oleh bakteri yang dibawa oleh hewan pengerat itu, ikut meruntuhkan Kekaisaran Romawi.
 
Menurut hasil penelitian yang dirilis tahun 2010 dan 2011, Black Death atau Maut Hitam menewaskan sekitar 75 sampai 200 juta orang di Eropa dan Afrika Utara. Pakar mengatakan wabah lebih tangguh yang juga berasal dari Asia ini muncul kembali pada tahun 1800-an. Wabah Justinian dan Maut Hitam disebabkan oleh varian genetik berbeda dari bakteri yang sama.
 
Para pakar menghubungkan temuan genetik dari kedua pandemi itu dengan menggali dan menganalisa DNA jasad orang-orang yang meninggal dalam periode wabah Justinian dan Maut Hitam.

Hendrik Poinar, ahli DNA purba Universitas McMaster  di Ontario, Kanada, mengatakan bakteri yang menyebabkan wabah itu ditularkan oleh hewan pengerat. Dalam sebuah wawancara, Poinar mengatakan bahwa sumber Maut Hitam tetap ada di antara orang yang hidup di Madagaskar dan Barat Daya Amerika, pertanda ketahanan bakteri itu.

"Wabah yang ada saat ini pada tupai atau anjing padang rumput di Barat Daya Amerika, semua keturunan Maut Hitam. Jadi, Maut Hitam jauh lebih sukses dalam penyebaran ke seluruh dunia sedangkan Justinian muncul dan pada dasarnya musnah dengan sendirinya."
 
Seperti penyakit menular lainnya, Poinar mengemukakan pentingnya pengawasan untuk memastikan wabah tidak menjadi pandemi. Poinar mencatat bahwa kota-kota saat ini jauh lebih bersih daripada beberapa abad yang lalu dan ada hal yang katanya akan mengurangi kemungkinan pandemi itu muncul kembali.
 
"London tahun 1348 mungkin adalah tempat yang kotor. Dan sekarang, kita punya anti biotik yang dapat melawan epidemi tersebut. Dan tentu kota-kota kita dalam kondisi yang lebih baik dan mampu menghadapi serangan seperti itu," tambah Poinar.

Pemantauan daerah sumber wabah itu sangat penting, kata Poinar, terutama karena pemanasan global dapat membuat hewan pengerat mencari makanan dan air ke daerah permukiman.
 
Artikel para periset Kanada, Australia dan Amerika tentang asal usul wabah ini dimuat dalam jurnal The Lancet Infectious Disease.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
 
Pilihan Untukmu
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Food

9 Buah yang Bantu Redakan Asam Urat secara Alami

api-1 . NEXT-READ-V2
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Brandzview

Nunggu Beduk Magrib Lebih Berwarna, DANA Hadirkan NGABUBURICH dengan Hadiah hingga Rp 850 Juta

api-1 .
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Health

Ada Air Putih dan Jeruk: Makanan dan Minuman yang Bantu Menghilangkan Racun dalam Tubuh

api-1 . NEXT-READ-V2
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Cek fakta

[KLARIFIKASI] Tidak Benar AC Masjid Meledak dan Tewaskan 20 Orang, Simak Faktanya

api-1 . CONTEXT-PERSON
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tekno

150 Twibbon Idul Fitri 2025 dan Poster Selamat Lebaran 1446 H, Simpel dan Keren

api-1 . POPULAR-INDEX
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Cek fakta

INFOGRAFIK: Hoaks Subsidi Elpiji 3 Kg Akan Diganti Bantuan Uang, Simak Faktanya

api-1 . CONTEXT-PERSON
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Brandzview

Agar Khusyuk Ibadah dan Anti-Boros, Siapkan Jadwal Imsakiyah dan Bijak Rencanakan Keuangan

api-1 .
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Lifestyle

Bicara Pakai Bahasa Bayi Bisa Ganggu Perkembangan Anak, Simak Penjelasan Dokter

api-1 . CONTEXT-PERSON
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tekno

100 Link Twibbon Idul Fitri 2025 untuk Sambut Lebaran via Media Sosial

api-1 . POPULAR-INDEX
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 4 Desember 2024

api-1 . CONTEXT-EVENT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 5 Desember 2024

api-1 . CONTEXT-EVENT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tekno

150 Ucapan Idul Fitri 2025 dan Gambar Selamat Lebaran 1446 H buat Dikirim ke Medsos

api-1 . POPULAR-INDEX
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Hype

Rama Sahetapy dan Merdianti Octavia Hadir ke Rumah Duka Ray Sahetapy

api-1 . POPULAR-INDEX
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Prov

50 Ucapan Selamat Idul Fitri 2025 "Taqaballahu Minna Wa Minkum" dan Balasannya

api-1 . POPULAR-INDEX

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Momen Dewi Yull Memeluk Surya Sahetapy Saat Pemakaman Ray Sahetapy
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau