Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/11/2014, 16:30 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


AMBARAWA, KOMPAS.com -
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebagai "guru" pertama bagi anak, orangtua perlu lebih aktif menggali apa yang menjadi kelebihan anak-anaknya.

Pengajar anak berkebutuhan khusus Salatiga yang berasal dari Amerika, BJ Amstrong mengatakan, yang utama adalah orangtua tidak malu dengan kondisi anak. Sebab perasaan malu, menurut BJ Amstrong, menghambat ABK dalam mengembangkan potensi dalam dirinya secara maksimal.

“ABK ini harus diberi motivasi agar mereka mampu seperti anak-anak lainnya dan bisa bergaul dengan teman-temannya. Orang tua tidak boleh berpikir anaknya tidak bisa, itu akan menjadi kendala bagi perkembangan anak,” kata Amstrong di Ungaran, Senin (10/11/14).

Lebih lanjut Amstrong mengatakan, ada tiga konsep utama yang perlu diperhatikan orang tua dan pendidik dalam menumbuhkembangkan potensi ABK, yakni observasi, wait,  listen. "Untuk para guru dituntut harus kreatif dalam mengajarkan pada ABK," katanya.

Setiap anak punya talenta dan setiap anak berhak atas pendidikan dan kesempatan, untuk menonjolkan apa yang mereka bisa.

Untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, Dreamlight World Media menginisiasi gerakan kepedulian melalui kegiatan seminar dan pemberian satu paket buku dan DVD yang berisi cara membaca bagi anak berkebutuhan khusus.

“Di Indonesia pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) sangat diperlukan baik bahan dan materi, sebab di sini masih sangat minim. Jadi kami ingin membantu ABK agar mendapat pendidikan dan sarana tersebut,” tutur Ketua Penyelenggara Seminar dan Workshop Anak Berkebutuhan Khusus, Leila Nugroho.

Menurut Leila, kegiatan tersebut merupakan bentuk perhatian khusus Dreamlight World Media terhadap anak berkebutuhan khusus dengan membuat sebuah gerakan "everyone is special" yang menyatakan setiap anak diciptakan secara khusus oleh Tuhan.

Sementara kepada orangtua ABK, juga diberikan penyuluhan bagiamana menjaga semangat dalam mendidik anak-anaknya. Hal yang sama juga diberikan kepada para guru, yakni tehnik baru dalam mendidik ABK. "Termasuk mengajak peduli ABK melalui web dan sosial media," kata Leila.

Kepedulian terhadap ABK di Indonesia masih sangat kurang. Padahal, Badan Kependududukan dan keluarga berencana Nasional (BKKBN) mencatat di tahun 2013 ada 4,2 juta anak memiliki kebutuhan khusus. Salah satunya dapat dilihat dari penyediaan sarana dan prasarana serta pendidikan bagi ABK yang sangat minim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com