Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/12/2014, 15:00 WIB

KOMPAS.com - Pemahaman yang semakin baik tentang kanker membuat saat ini banyak pengobatan kanker yang bisa berhasil baik. Peluang sembuh total atau usia harapan hidup yang lebih lama ikut meningkat. Salah satu pengobatan terbaru yang saat ini cukup menjanjikan adalah dengan terapi target.

Dalam terapi target, pengobatan akan langsung ditujukan pada sel kankernya. Terapi anti-angiogenesis yang telah disahkan oleh FDA 10 tahun lalu digunakan sebagai salah satu cara pengobatan kanker dan hasilnya cukup baik pada pasien stadium lanjut.

Seperti diketahui, semua tumor membutuhkan pertumbuhan pembuluh darah baru agar bisa memasok oksigen dan zat gizi agar sel-sel mereka dapat bertumbuh. Pembentukan pembuluh darah baru ini disebut angiogenesis.

"Obat anti-angiogenesis itu nantinya akan memutus pertumbuhan pembuluh darah baru itu sehingga sel kanker tersebut mati karena kelaparan," kata Dr. Ronald Hukom, Sp.PD-KHOM dari Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam acara Roche Health Media Forum di Jakarta, Rabu (17/12/14).

Salah satu obat kanker anti-angiogenesis pertama adalah bevacizumab. Obat yang telah dipakai kepada lebih dari 1,5 juta pasien ini tersedia untuk kanker payudara, kolorektal, paru, ginjal, otak, dan ovarium.

Di Indonesia sendiri obat ini telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk indikasi kanker kolorektal, payudara tipe tertentu, paru dan ovarium. Saat ini telah ada 14 terapi berbasis anti-angiogenesis yang disetujui secara global, diantaranya Bevacizumab, Sorafenib, Sunitinib, Pazopanib, Regorafenib, Cabozantinib, Vandetanib, dan Everolimus.

"Obat anti-angiogenesis ini baru diterapkan pada kanker tertentu karena untuk jenis kanker yang lain belum ada hasilnya dan studinya masih berjalan. Kita tunggu saja semoga hasilnya baik," ungkap Ronald.

Ronald juga menambahkan terapi target ini sebaiknya dikombinasikan dengan terapi lain agar hasilnya lebih maksimal. "Jika hasilnya maksimal maka harapan hidup pasien stadium lanjut bisa lebih panjang. Jika dulu hanya hitungan bulan maka sekarang bisa bertahun-tahun," katanya. (Eva Erviana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau