SOLO, KOMPAS.com - Siang itu urdara terasa sejuk di Desa Tlogo Dlingo, Tawangmangu, Solo. Pepohonan dan tanaman sambang colok bewarna merah keunguan berjajar memanjang di sisi kiri dan kanan jalan yang tak terlalu lebar.
Tak jauh dari situ, kecubung gunung yang bunganya seperti terompet menggantung pun menarik perhatian. Ada pengunjung yang mendekati tanaman itu, ada pula yang berlalu dan melihat tanaman lain.
Saat itu, seorang pria bertopi dan mengenakan sepatu boot plastik, datang menghampiri. Teguh namanya. Teguh adalah penanggung jawab kebun yang dikelola oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia itu.
Teguh kemudian mengantar rombongan para awak media bersama SOHO Global Health mengelilingi kebun seluas 13 hektar itu. Kawasan kebun tanaman obat ini dinamakan Reseach Station yang berada di ketinggian mencapai 1700 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Tanaman tidak di semua tempat mau hidup. Jadi harus di daerah tinggi,” kata Teguh saat ditemui Senin (8/12/2014).
Sejumlah tanaman di kebun ini tak hanya indah dipandang, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Sambang colok tadi misalnya. Tanaman itu dapat menjadi peluruh air seni. Sementara itu, kecubung gunung dipercaya dapat menjadi obat anti asma.
Teguh membawa rombongan melewati jalur khusus untuk berjalan kaki mengelilingi kebun. Dari kebun ini pun diketahui bahwa tanaman obat di Indonesia tak hanya kunyit, temulawak, maupun jahe.
Ada tanaman lainnya seperti rusmarin sebagai obat batuk, silibium untuk pelindung hati, parijoto untuk sariawan, cemara kipas sebagai penurun demam, pohon minyak kayu putih untuk penghangat badan, hingga piretrum yang buahnya digunakan sebagai obat nyamuk bakar.
Salah satu tanaman obat yang sudah dikenal dan ada di kebun ini adalah purwaceng. Purwaceng dipercaya dapat meningkatkan hormon testosteron pada pria, meningkatkan libido, dan meningkatkan stamina sehingga dikenal sebagai obat kuat tradisional.
Koleksi tanaman obat di sini mayoritas merupakan tanaman asli Indonesia. Berbagai macam tanaman obat juga berkhasiat untuk mencegah hingga mengobati penyakit kronik seperti kanker dan jantung. Di antaranya, ashitaba yang dipercaya ampuh mencegah pertumbuhan sel kanker. Daun tanaman asal Jepang ini mirip dengan seledri. Kemudian, daun digitalis purpurea yang berkhasiat sebagai obat lemah jantung.
Cukup mudah mengenal sejumlah tanaman ini karena dilengkapi dengan papan nama tanaman dan khasiatnya. Teguh mengatakan, semua tanaman obat di kebun ini pun tanpa campur tangan bahan kimia.
Saintifikasi jamu
Kebun ini menjadi salah satu lokasi penelitian para dokter yang mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk saintifikasi jamu. Sejumlah tanaman di sini juga diproduksi dan dijadikan jamu atau obat tradisional.
“Setelah pasca panen, kebutuhan dokter (akan jamu) berapa nanti kita cukupi,” kata Teguh.
Jamu tersebut bisa diberikan pada sejumlah warga yang berobat ke Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus B2P2TOOT Kemenkes RI. Adapun resep jamu akan diberikan oleh para dokter yang pernah menjalani pendidikan dan pelatihan di B2P2TOOT Kemenkes RI.
Mulai dari penanaman tanaman obat, panen, pengumpulan bahan jamu, proses racikan, hingga pemanfaatan jamu memang dilakukan di B2P2TOOT Kemenkes RI yang berada di kawasan Tawangmangu.
Kawasan ini pun menjadi area untuk masyarakat lebih mengenal tanaman obat. Tak jauh dari Gedung B2P2TOOT, terdapat etalase tanaman obat. Etalase ini menampilkan tanaman obat dalam jumlah sedikit yang berasal dari Sabang sampai Merauke dan beberapa tanaman dari luar negeri. Penataan taman pun cukup apik dan memudahkan pengunjung mengenali tanaman obat.
“Sejumlah tanaman obat kita koleksikan di sini. Etalase ini menggabungkan aspek estetika, edukasi dan rekreasi,” kata Yuli Widyastuti, peneliti B2P2TOOT.
Beberapa tanaman yang dapat dilihat di etalase ini yaitu ekinase. Ekinase yang berbunga cantik berwarna merah muda itu berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sejumlah tanaman yang diciptakan Tuhan ini ternyata menyimpan banyak manfaat bagi kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.