KOMPAS.com - Anak-anak yang berobat alternatif seperti akupuntur dan chiropractic ditemukan cenderung jarang mendapatkan suntikan flu. Demikian menurut temuan sebuah studi di AS.
Secara kasar 33 persen anak-anak yang mengikuti pengobatan seperti akupuntur atau homeopati itu mendapat vaksinasi influenza, begitu temuan analisis data survei nasional terhadap 9.000 anak-anak.
Sekitar 35 persen anak-anak yang menjalani terapi seperti chiropractic atau pijat mendapatkan vaksinasi flu.
Sebagai perbandingan 43 persen anak yang tidak menjalani jenis pengobaatn alternatif itu mendapatkan vaksinasi. Demikian hasil penelitian yang dilaporkan di jurnal Pediatrics itu.
"Beberapa praktisi pengobatan komplementer dan alternatif memiliki pandangan anti vaksin," kata pemimpin penelitian William Bleser dari Pennsylvania State University di State College.
Sementara itu penemuan tidak membuktikan praktisi penyembuhan alternatif menentang vaksinasi. "Masuk akal bagi dokter anak menanyakan apakah orangtua menggunakan pengobatan alternatif untuk anaknya demi terbentuk diskusi mengenai vaksinasi," kata Bleser.
"Semakin banyak pasien menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif.Mungkin mereka mengharapkan profesional di bidang kesehatan untuk memandu mereka memutuskan apakan pendekatan pengobatan alternatif dan atau komplementer mengobati atau mencegah penyakit lebih baik," ujarnya.
Tetapi sebagian besar pengguna jasa pengobatan alternatif tidak memberi tahu dokter mereka.
Untuk menilai bagaimana jenis pengobatan alternatif dan komplementer yang mungkin mempengaruhi vaksinasi, Bleser dan rekan-rekannya meneliti data National Health Interview Survey tahun 2012.
Secara keseluruhan dua pertiga anak dalam penelitian menggunakan paling tidak satu jenis pengobatan komplementer atau alternatif. Termasuk segala sesuatu dari yoga, minum multivitamin setiap hari atau mengikuti berbagai macam diet populer.
Tak termasuk mengonsumsi suplemen multivitamin dan mineral, hanya 17 persen anak menggunakan pengobatan komplementer.
Ketika anak mengonsumsi multivitamin, mereka cenderung mendapatkan vaksin flu dibandingkan teman-temannya. Sekitar 45 persen anak yang mengonsumsi mulitvitamin mendapat vaksinasi, dibandingkan 39 persen anak lain.
Satu keterbatasan studi ini adalah peneliti kekurangan data mengenai kapan terakhir atau seberapa sering anak mengunjungi pengobat alternatif. Mereka juga kekurangan data anak usia di bawah 4 tahun. Ini merupakan kelompok berisiko tertinggi untuk menderita komplikasi karena influenza.
"Tetapi hasil penelitian ini menyoroti pentingnya dokter anak untuk mengerti bagaimana pandangan orangtua terhadap pengobatan alternatif," kata Linda Greene, peneliti University University of Rochester Highland Hospital New York dan presiden terpilih untuk Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology.
"Sebagian besar orang tua yang mungkin dipengaruhi kepercayaan konsisten terhadap pengobatan alternatif, " kata Greene yang tak terlibat dalam penelitian itu.
"Kepercayaan ini mungkin pusat dari kontrol perseorangan terhadap kesehatan seseorang lewat gaya hidup sehat dibandingkan pengobatan tradisional," ujarnya.
"Mungkin juga orangtua yang lebih cemas mengenai risiko vaksinasi cenderung mencari penyembuh alternatif untuk anak-anak mereka," catat Dr Matthew Davis, peneliti kesehatan anak di Ann and Robert H. Lurie Children's Hospital, Chicago.
"Diskusi bersama orangtua kadang dapat menghasilkan perubahan keputusan mereka mengenai vaksinasi," kata Davis yang tak terlibat dalam penelitian ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.