Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Jabodetabek, Waspadai Serangan 3 Penyakit Kulit ini

Kompas.com - 04/01/2020, 13:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banjir yang melanda sejumlah daerah di Jabodetabek, sejak Rabu (3/1/2020), dapat berefek negatif pada kulit.

Melansir NCBI, jurnal Plos One memuat riset banjir dapat memengaruhi tingkat sanitasi lingkungan sekitar. 

Selain itu, banjir juga dapat menyebarkan kontaminan ke area terdampak, sehingga mencemari sumber air bersih. 

Ahli dari American Academy of Dermatology, Justin Bandino, menyebutkan dampak banjir sangat besar, termasuk menyerang kesehatan kulit.

"Setelah banjir, infeksi kulit dan jaringan lunak dapat berkembang ketika kulit yang terluka terkena air banjir yang mengandung limbah, bahan kimia, dan polutan lain," ucap Bandino, melansir Medical Xpress.

Baca juga: Rawan Gangguan Mental, Pentingnya Psychological First Aid saat Banjir

Penyakit kulit

Melansir berbagai sumber, berikut penyakit kulit yang kerap menyerang korban banjir:

1. Skabies atau kudis

Minimnya pasokan air bersih saat banjir merupakan penyebab utama skabies atau kudis.

Penyakit kulit ini disebabkan tungau bernama Sarcoptes scabiei yang menimbulkan gatal-gatal.

Skabies bisa menyebar dengan cepat melalui kontak fisik.

Lingkungan yang sangat rentan penyebaran skabies antara lain rumah sakit, fasilitas penitipan anak, dan tempat pengungsian.

Penyakit ini ditandai ruam seperti jerawat di tangan, lipatan kulit seperti siku atau lutut, penis, payudara, atau bahu.

Infeksi ini bisa menyebabkan gatal-gatal hebat di seluruh tubuh, terutama pada malam hari.

Penderita skabies juga acapkali mengidap luka di area yang terinfeksi, akibat kulit yang digaruk terlalu keras.

Jika dibiarkan tanpa obat, luka tersebut bisa menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau