Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2020, 21:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Memiliki kualitas sperma yang buruk dapat menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kaum pria.

Pasalnya, air mani encer kerap dihubungkan-hubungan dengan ciri ketidaksuburan.

Kondisi itu dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam membuahi sel telur wanita, sehingga tidak bisa memberikan momongan.

Baca juga: Apakah Sperma Sering Tumpah Bisa Jadi Penyebab Sulit Hamil?

Padahal sperma encer termasuk salah satu kejadian yang sering dikeluhan oleh pria dewasa.

Jadi, benarkah sperma encer bikin pasangan susah hamil?

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr. Ivander Utama, Sp.OG, menjawab sperma encer dan sering keluar pascasenggama sebenarnya wajar dan tidak berhubungan dengan kualitas sperma.

Saat seorang pria ejakulasi, sperma memang akan masuk pada fase mengental. Namun, jika dibiarkan beberap saat terkena udara, maka sperma sebetulnya bisa menjadi encer.

Jadi, fase sperma akan terus berubah, mulai dari ketika di dalam kelamin, saat diejakulasikan, hingga beberapa menit setelah diejakulasikan.

Ini artinya, jika menemukan sperma encer setelah masa ejakulasi, sebenarnya adalah hal yang normal dan sering terjadi pada pria.

Dalam bukunya Papa Mama Siapp Hamil (2019), dr. Ivander menegaskan bahwa kualitas sperma tidak dapat dinilai hanya dengan warna, bau, dan kekentalan, tetapi perlu ada pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.

Kualitas sperma memang penting diketahui karena sangat menentukan metode program kehamilan yang direncanakan.

Baca juga: 3 Posisi Bercinta untuk Mendukung Terjadinya Kehamilan

Kualitas sperma yang sangat buruk dapat menurunkan peluang kehamilan secara natural hingga di bawah 2 persen pada setiap masa subur.

Kelainan pada sperma umum dapat dibagi dalam 3 kategori, yakni:

  1. Kelainan bentuk sperma (teratozoospermia)
  2. Kelainan jumlah sperma (oligozoospermia)
  3. Kelainan pergerakan sperma (asthenozoospermia)

Sering kali, kelainan sperma ditentukan dalam bentuk kombinasi beberapa kelainan secara bersamaan, seperti oligoasthenozoospermia, yakni kondisi sperma yang diejakulasikan memiliki jumlah sedikit dan pergerakannya tidak bagus.

Berlawanan dengan anggapan umum bahwa teratozoospermia menjadi salah satu kelainan yang sering terjadi.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau