Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyamuk Wolbachia Bukan Hasil Rekayasa Genetika

Kompas.com - 20/12/2023, 07:27 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Program pemerintah untuk menekan kasus demam berdarah dengan pelepasan nyamuk ber-wolbachia menuai protes di sejumlah daerah.

Nyamuk yang diisukan hasil rekayasa genetika ini dikhawatirkan akan menimbulkan efek negatif pada tubuh manusia.

Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat & Keperawatan UGM, dr.Riris Andono Ahmad, menegaskan bahwa nyamuk ini bukanlah nyamuk rekayasa genetika.

“Untuk menyangkal hal ini, kita bisa merujuk dari berbagai website resmi. Misalnya CDC (Pusat Pencegahan Penyakit AS), mereka secara tegas menyatakan bahwa nyamuk ini bukanlah nyamuk rekayasa genetika," katanya.

"EPA juga menjelaskan dengan tegas bahwa pada nyamuk, ada dua macam teknologi: nyamuk yang diinfeksi dan genetic-modified mosquito,” tutur dr. Doni, begitu ia disapa.

Wolbachia adalah bakteri alami yang biasa hidup dalam tubuh serangga. Injeksi wolbachia juga tidak mengubah karakter nyamuk.

"Tidak ada perbedaan bermakna antara nyamuk ber-Wolbachia di wilayah intervensi dengan nyamuk alami di wilayah kontrol,” terangnya dalam media diskusi di Jakarta (19/12/2023).

Baca juga: Cara Kerja Nyamuk Wolbachia untuk Melawan Virus Dengue

Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang dilepas secara genetik sama dengan Aedes aegypti di alam.

Doni melanjutkan, nyamuk ber-Wolbachia juga tidak merusak lingkungan. “Tidak terbukti bahwa pelepasan nyamuk ber-Wolbachia meningkatkan populasi nyamuk cullex,” imbuhnya.

Sebaliknya, pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta terbukti menurunkan insiden dengue 77 persen dan menurunkan kejadian rawat inap di RS hingga 86 persen. Angka dengue nasional pun menurun drastis dibandingkan 30 tahun lalu.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr.Imran Pambudi mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir karena sebelum dilakukan penyebaran nyamuk ber-wolbachia sudah dilakukan studi melibatkan 25 ahli dari berbagai bidang.

"Dari kajian yang dilakukan bahwa beberapa risiko yang muncul bisa diabaikan, dan dari kajian tersebut, diprediksi nyamuknya tidak lebih ganas," kata Imran.

Studi di beberapa negara lain juga menemukan bahwa nyamuk ber-Wolbachia efektif menekan angka kejadian dengue. Selain itu, nyamuk ber-Wolbachia memberikan proteksi jangka panjang.

Baca juga: [HOAKS] Nyamuk Wolbachia Membawa Virus LGBT

Perlu sosialisasi panjang

Disayangkan masih ada kekhawatiran pada sebagian masyarakat mengenai nyamuk ber-Wolbachia.

Terkait hal ini, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Prof. Ede Surya Darmawan, menegaskan, perlu ada pendekatan dan sosialisasi yang panjang untuk memperoleh kepercayaan dan penerimaan masyarakat mengingat penelitian kesehatan masyarakat sebesar apa pun akan tidak berarti apa-apa ketika tidak ada dukungan penuh dari masyarakat.

Berbagai penelitian yang membuktikan manfaat dan keamanan nyamuk ber-Wolbachia selayaknya dijadikan landasan untuk melanjutkan pilot project ini ke kota-kota berikutnya.

Pemerintah sendiri, menurut Imran, akan menunda program pelepasan nyamuk ini di beberapa daerah sampai sosialisasi tuntas dilakukan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau