Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Virus Pernapasan RSV yang Bergejala Mirip Flu

Kompas.com - 21/12/2024, 19:47 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Infeksi virus pernapasan RSV atau respiratory syncytial virus mungkin kurang begitu dikenal dibanding dengan gangguan pernapasan lainnya. RSV biasanya menyerang anak-anak atau orang lanjut usia.

RSV menular melalui inhalasi atau kontak dengan sekresi pernapasan dari orang yang terinfeksi. Biasanya virus ini menunjukkan gejala mirip flu, yaitu hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.

Menegakkan diagnosis RSV memang sulit karena gejalanya yang mirip dengan infeksi pernapasan lain. Proses diagnosis membutuhkan tes khusus yang sering kali mahal, memakan waktu, dan tidak mudah diakses secara luas.

Virus ini sangat menular dan menyebar dengan mudah di dalam rumah, di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya.

Menurut dr.Fariz Nurwidya Sp.P (K), PhD, infeksi akibat RSV dalam tiga tahun di indonesia mencapai 6,1 juta kasus.

Baca juga: Polusi Udara Perburuk Penyakit Pernapasan Kronis

“Kami mencatat peningkatan )ngkat positif kejadian RSV di antara subjek yang diuji pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Temuan ini menunjukkan beban infeksi RSV yang signifikan, yang menggambarkan fenomena gunung es, di mana jumlah kasus terdeteksi hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang sebenarnya terjadi di populasi,” katanya.

KiKa: Ketua Divisi Imunologi dan Penyakit Paru Interstisial (FKUI), dr Fariz Nurwidya; Assistant Professor in Pulmonary and Critical Care Medicine, Khon Kaen University, Thailand, Dr. Pailin Ratanawatkul; Director of Medical Education Center, University of Medicine and Pharmacy at HCMC, Vietnam, Dr. Le Khac BaoGSK KiKa: Ketua Divisi Imunologi dan Penyakit Paru Interstisial (FKUI), dr Fariz Nurwidya; Assistant Professor in Pulmonary and Critical Care Medicine, Khon Kaen University, Thailand, Dr. Pailin Ratanawatkul; Director of Medical Education Center, University of Medicine and Pharmacy at HCMC, Vietnam, Dr. Le Khac Bao

Lansia dan individu dengan penyakit penyerta sering kali tidak menyadari bahwa gejala mereka disebabkan oleh RSV, sehingga meningkatkan risiko komplikasi serius, termasuk gagal napas, gangguan pernapasan, dan henti napas.

Hingga saat ini belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada
orang dewasa, yang menambah tantangan penanganannya. Pada lansia, infeksi RSV bisa memakan vaktu penyembuhan yang lebih lama.

Lansia dengan kondisi tertentu, seperti pneumonia, gagal jantung kongestif, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik, memiliki risiko rawat inap lebih tinggi ketika terinfeksi RSV.

Infeksi RSV sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi. Vaksin ini dirancang untuk meningkatkan respons imun pada orang dewasa yang lebih tua, yang berisiko lebih tinggi terkena komplikasi serius akibat RSV.

"Pencegahan adalah kunci dalam kesehatan masyarakat, terutama untuk mengatasi penyakit pernapasan seperti RSV, yang lebih sering terjadi dan berbahaya dibandingkan flu," kata VP & Regional Medical Affairs Head-Vaccines di GSK, Dr.Arnas Berzanskis.

Baca juga: Anak Terkena Flu Singapura Sebaiknya Diberi Obat Apa? Ini Kata Dokter

Meskipun RSV dapat menginfeksi individu kapan saja sepanjang tahun, penyebarannya lebih intensif selama bulan-bulan musim hujan dari September hingga Februari.

Untuk meningkatkan strategi kolaboratif dalam kesehatan pernapasan, GSK, perusahaan biofarmasi global, telah mengadakan pertemuan RespiVerse tahunan ketiga, pada 13 dan 14 Desember 2024 di Bangkok, Thailand.

Acara tersebut mempertemukan pakar internasional dan tenaga kesehatan dari 17 negara untuk membahas tantangan global dalam penyakit pernapasan. Para panel ahli membahas empat patologi pernapasan utama: asma sedang, asma berat, PPOK, dan RSV.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau