Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2013, 10:42 WIB

KOMPAS.com - Beberapa hari ini, pasien yang datang ke klinik saya kebanyakan adalah pasien dengan keluarga yang berhubungan dengan perselingkuhan. Sebagian besar dilakukan oleh suami kepada istrinya. Pasien yang datang kebanyakan adalah perempuan yang mengeluh keluhan-keluhan cemas dan depresi yang terjadi pasca mengetahui adanya perselingkuhan suami. Pasien merasa hancur hatinya dan tidak mampu berpikir secara rasional. Ingin rasanya mereka meninggalkan semuanya tetapi beberapa pertimbangan membuat mereka bertahan. Sayangnya, sering kali pihak suami pun seperti merasa apa yang dilakukannya wajar.

Selingkuh tiada dikira

Wanita yang mendapati suaminya berselingkuh sering kali kebingungan tentang apa yang terjadi. Perselingkuhan tidak hanya terjadi pada pasangan yang mengalami konflik rumah tangga yang besar atau adanya masalah komunikasi di antaranya. Laki-laki yang berselingkuh banyak diakui oleh istrinya sebagai laki-laki yang baik dan istri tidak pernah menyangka suami akan berbuat seperti itu.

Sikap manis dan tanggung jawab suami kepada istrinya memang sering mengaburkan pandangan istri, apalagi jika istri merupakan ibu rumah tangga. Ketiadaan informasi dan "update" taktik perselingkuhan baru membuat banyak istri menjadi naif akan apa yang terjadi pada suaminya. Sayangnya, memang banyak laki-laki yang semakin baik kepada istrinya  ketika berselingkuh. Mungkin ini merupakan suatu cara menutupi rasa bersalah yang meliputi diri mereka. Sampai suatu saat istri menemukan bukti perselingkuhan suami pun, istri kadang tidak percaya. Apalagi jika suami saat itu mampu memberikan alibi dan alasan yang bisa diterima. Namun keraguan yang sudah ada akan membuat kecurigaan menjadi bertambah. Sampai akhirnya bukti berikutnya datang dan tidak bisa dipungkiri lagi oleh si suami. Pecahlah tangis istri dan hancurlah hatinya.

Mempertahankan pernikahan

Banyak istri yang walaupun sudah diselingkuhi suami memilih mempertahankan pernikahannya. Hal ini bukan tanpa konsekuensi. Gangguan jiwa biasanya erat dengan kondisi ini. Banyak alasan mengapa mereka memilih mempertahankan pernikahan. Anak adalah alasan yang paling sering dikemukakan. Alasan lain adalah "kemakluman" istri akan laki-laki yang mempunyai sifat mudah selingkuh. Beberapa kali saya menjumpai istri yang berusaha memaklumi dan memaafkan apa yang telah dilakukan suami. Namun memang masalah melupakan adalah suatu kesulitan yang tidak mudah.

Banyak juga istri yang sudah berusaha untuk memaklumi dan memaafkan suaminya yang selingkuh tetap mengalami masalah dalam menerima suaminya. Mereka merasa terhina,dikhianati dan merasa dicampakkan karena suami bisa memilih wanita yang lain. Kesulitan menerima seperti ini yang akhirnya menjadi masalah dalam kejiwaan istri. Rasa marah, dendam dan terhina berubah menjadi gejala-gejala mental emosional yang menyerupai depresi dan kecemasan. Banyak juga yang mengeluh gejala fisik seperti sulit tidur dan gejala psikosomatik.

Memafkan perselingkuhan atau bubar saja?

Saya pernah bertemu dengan beberapa pasien yang akhirnya memilih mempertahankan pernikahan sampai anak-anak kuliah dan bisa meninggalkan rumah. Selama itu, belum terjadi mereka akan berusaha menerima apa yang terjadi dalam dirinya sebagai bagian dari "memaafkan" perselingkuhan. Setelah semuanya sudah stabil, ada beberapa istri yang akhirnya memilih mengakhiri pernikahan. Hal ini biasanya terjadi pada wanita-wanita yang secara finansial bisa mandiri dan mendapatkan dukungan keluarga istri yang baik.

Mereka tidak takut akan terlantar dan kesulitan uang. Anak-anak yang telah dewasa juga membuat istri biasanya lebih tidak terlalu berpikir lama mengakhiri pernikahan jika perselingkuhan terjadi. Sebaliknya, pada wanita yang terlalu tergantung pada suami baik secara mental maupun finansial, mereka akan lebih sering mencoba memaafkan perselingkuhan suami walaupun ada kadangnya berlangsung berkali-kali. Ketidaksiapan berpisah dari suami dan takut anak-anak meninggalkan dirinya juga membuat banyak wanita bertahan menghadapi perselingkuhan.

Bagaimanapun perselingkuhan akan membawa luka bagi kedua pasangan. Tidak ada yang bisa memaklumi perselingkuhan apapun latar belakangnya. Seperti yang saya katakan di atas, gangguan jiwa dekat dengan perselingkuhan karena jarang ada jalan keluar yang membuat nyaman bagi kedua belah pihak. Berhati-hatilah terhadap ancaman perselingkuhan dalam perkawinan.

Salam Sehat Jiwa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau