KOMPAS.com- Meski kanker payudara dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi gaya hidup juga berperan besar. Ketahui apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit ini.
Kanker adalah penyakit kompleks yang disebabkan oleh banyak faktor. Namun, faktor gaya hidup tertentu dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Beberapa faktor gaya hidup yang tanpa disadari bisa meningkatkan risiko kanker payudara antara lain:
Genetik
Adanya mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2
Kegemukan
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya berat badan, terutama setelah menopause. Namun, tidak semua lemak setara. Lemak yang menumpuk di area perut atau pinggang lebih berbahaya.
Baca juga: Benarkah Stres Bisa Sebabkan Kanker Payudara?
Hormonal
Paparan estrogen yang tinggi dalam waktu lama misalnya menstruasi dini, menopause terlambat, terapi pengganti hormon jangka panjang, bisa meningkatkan risiko kanker payudara.
Kurang olahraga
Gaya hidup modern membuat kita lebih banyak duduk, padahal kita dituntut untuk aktif bergerak untuk menjaga kebugaran dan menjauhi penyakit.
Tidak memiliki anak
Perempuan yang tidak memiliki anak atau punya anak di atas usia 35 diketahui memiliki faktor risiko lebih besar. Hal itu karena mereka terpapar hormon estrogen lebih panjang. Estrogen merupakan penyebab kanker payudara lebih aktif.
Perlu dicatat bahwa memiliki satu atau lebih ciri-ciri ini tidak berarti kita akan terkena kanker payudara. Seseorang juga dapat terkena kanker payudara meskipun tidak memiliki faktor risiko sama sekali.
Baca juga: Deteksi Kanker Payudara, Mulailah Mamografi di Usia 40 Tahun
Deteksi dini kanker payudara
Seperti juga penyakit kanker pada umumnya, selain upaya pencegahan, deteksi dini merupakan upaya yang penting.
"Deteksi dini adalah kunci utama dalam penanganan kanker payudara. Dengan skrining rutin seperti mammografi dan USG payudara, kita dapat menemukan kanker dalam tahap awal sehingga peluang kesembuhan lebih tinggi." ujar dr. Bajuadji, SpB (K) Onk, MARS, dari Bethsaida Hospital, Gading Serpong Tangerang.
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) dengan meraba bagian payudara dan sekitarnya. Apabila terasa ada benjolan, pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Baca juga: 12 Penyebab Nyeri Saat Buang Air Kecil, Apa Saja?
Dijelaskan dr.Bajuadji, gejala awal kanker payudara bervariasi, tetapi beberapa tanda umum meliputi benjolan di payudara atau ketiak, perubahan ukuran dan bentuk payudara, serta puting yang masuk ke dalam atau mengeluarkan cairan tidak normal.
Kulit payudara juga bisa mengalami perubahan seperti kemerahan, berkerut, atau tampak seperti kulit jeruk. Selain itu, nyeri yang tidak hilang di area payudara perlu diwaspadai.
Kanker payudara dapat didiagnosis setelah dokter melakukan sejumlah pemeriksaan. Misalnya saja pemeriksaan fisik, mammografi dan USG untuk mendeteksi adanya kelainan yang tidak normal pada jaringan payudara, pengambilan sampel jaringan (biopsi), dan juga MRI payudara.
"Kanker payudara bukanlah vonis akhir jika dideteksi dan ditangani dengan tepat. Semakin dini terdeteksi, semakin besar peluang kesembuhan," kata dr.Bajuadji.
Baca juga: Dorong Deteksi Dini Kanker Payudara, Menkes: Tak Perlu Takut...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.