Penelitian mengungkapkan wanita yang melahirkan bayi sebelum waktu gestasi yang cukup atau kurang dari 37 minggu, memiliki kadar phthalate lebih tinggi pada urinnya. Berbeda halnya dengan wanita yang melahirkan cukup bulan pada usia kehamilan sekitar 39 minggu.
Studi ini dipublikasikan online di JAMA Pediatrics, 18 November 2013.
"Paparan phthalates hampir ada di mana-mana di Amerika, juga mungkin di seluruh dunia, dan kelahiran belum cukup bulan juga meningkat beberapa dekade terakhir. Kami belum tahu bagaimana cara mencegah kelahiran belum cukup bulan, namun faktor lingkungan bisa jadi berpengaruh, dan masyarakat mungkin butuh mendapatkan edukasi mengenai hal ini," jelas ketua tim peneliti John Meeker dari University of Michigan School of Public Health di Ann Arbor.
Phthalate merupakan bahan kimia yang terdapat dalam berbagai produk untuk sejumlah alasan. Salah satunya untuk membuat plastik menjadi lebih fleksibel.
Penelitian terdahulu juga menemukan bukti adanya keterkaitan antara bahan kimia dengan kelahiran prematur. Seperti keterkaitan antara paparan zat kimia dengan usia kehamilan yang lebih pendek dan bayi berat lahir rendah.
"Banyak kemungkinan cara paparan bahan kimia ini ke tubuh. Umumnya, bahan kimia ini masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman, atau terserap melalui kulit," terang Meeker.
Untuk studi terbarunya, para peneliti menggunakan data dari studi yang diadakan di Brigham and Women's Hospital di Boston antara 2006 dan 2008.
Dalam penelitian ini, ibu hamil menjalani survei dengan menjawab sejumlah pertanyaan, dan memberikan sampel urin, sepanjang kehamilan. Peneliti kemudian membandingkan ibu hamil yang melahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu, dan 352 ibu hamil yang melahirkan cukup bulan.
Dari banyaknya sampel urin yang diberikan para ibu hamil tersebut, peneliti mengambil tiga sampel urin untuk mengukur kadar Phthalate di tubuhnya. Peneliti kemudian mengamati ragam produk bahan kimia phthalate yang dikenal sebagai DEHP ini. Secara umum, ada dua produk, MEHP dan MECPP. Dua produk bahan kimia ini banyak didapati pada urin wanita yang melahirkan bayi prematur. Produk bahan kimia lain, MBP, juga didapati pada urin wanita yang melahirkan bayi belum cukup bulan.
Menurut Agen Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, produk bahan kimia tersebut biasanya digunakan dalam pembuatan pipa plastik, tirai mandi, dan kemasan makanan agar lebih lembut dan fleksibel.
Setiap produk phthalate yang diteliti terkait dengan peningkatan risiko lahir prematur, dari 16 persen menjadi 65 persen.
Beberapa studi, kata peneliti, sebenarnya sudah pernah mengungkapkan tidak adanya efek negatif dari phthalate. Namun studi tersebut hanya mengambil satu sampel urin. Sedangkan, level phthalate bisa berubah pada masa kehamilan.
Meeker mengatakan studi terbaru tidak bisa membuktikan kadar phthalate menyebabkan kelahiran prematur, juga tidak merekomendasikan ibu hamil untuk menghindari paparan bahan kimia ini.
"Ibu hamil mungkin mau menghindari paparan bahan kimia ini jika mereka bisa, tapi pada beberapa kondisi, hal ini tidak mudah dilakukan," ungkap Meeker.
Shanna Swan, profesor dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York juga mengatakan sulit untuk menghindari bahan kimia ini karena kebanyakan paparan bahan tersebut tidak disadari atau tidak sengaja terpapar.
"Jadi kita tidak tahu bagaimana cara menghindarinya," tambah Swan.
Jika memang bisa menghindarinya, sebaiknya jauhkan ibu hamil dari paparan phthalate. "Saya katakan, jika bisa, karena pada kenyataannya, sulit terhindar dari paparan bahan kimia ini," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.