Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/02/2014, 09:34 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber dailymail


KOMPAS.com - Tanaman geranium (Pelargonium sp.) umumnya dimanfaatkan sebagai anti nyamuk. Namun sebuah studi baru dari German Research Centre for Environmental Health di Munich mengindikasikan, tanaman ini juga dapat menjadi kunci pengobatan generasi baru HIV.

Studi tersebut menemukan, ekstrak dari tanaman geranium memiliki kemampuan untuk menginaktivasi HIV-1 dan mencegah virus untuk masuk ke sel manusia. Seperti yang diketahui, HIV dibagi menjadi dua tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan tipe yang paling bertanggung jawab atas kasus AIDS.

Para peneliti mengatakan, ekstrak dari tanaman geranium berpotensi menjadi pengobatan baru AIDS karena mengandung senyawa anti-HIV-1 kelas baru. Khususnya pada bagian akar, tanaman geranium mengandung senyawa yang menyerang HIV-1 dan mencegah virus untuk berreplikasi dalam tubuh manusia.

Mereka juga menemukan, senyawa tersebut dapat melindungi darah dan sel imun dari infeksi virus. Caranya yaitu dengan menahan partikel HIV pada sel manusia, sehingga secara efisien mencegah virus tersebut masuk ke dalam sel.

Sejumlah uji klinis telah menunjukkan bahwa tanaman tersebut aman digunakan pada manusia. Bahkan di Jerman, tanaman tersebut sudah mendapatkan izin penggunaan sebagai obat herbal.

Ketua studi Profesor Ruth Brack-Werner mengatakan, ekstrak geranium sangat menjanjikan sebagai pengembangan pengobatan yang berasal dari tumbuhan, khususnya untuk melawan HIV-1. "Ekstrak melawan HIV-1 dengan cara yang berbeda dengan obat-obat HIV-1 sebelumnya dalam penggunaan klinis, sehingga ekstrak pun bisa dikatakan sebagai jenis terapi yang bernilai," jelas Brack-Werner.

Menurut dia, ekstrak geranium merupakan kandidat yang menjanjikan untuk perbaikan pilihan pengobatan anti-HIV-1. Bahkan ekstrak memiliki beberapa keunggulan, antara lain menggunakan sumber daya terbatas, mudah diproduksi, dan tidak butuh pendinginan.

"Selanjutnya, kami harus menguji keamanannya sebagai pengobatan HIV-1 pada manusia," ujarnya.

Menurut WHO, lebih dari 35 juta orang di dunia terinfeksi HIV, khususnya HIV-1. Tanpa terapi, HIV dapat merusak sistem imun yang kelamaan menjadi AIDS. Kondisi tersebut diketahui mematikan karena pasien sangat mudah terkena penyakit lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau