Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2014, 08:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Konsorsium Vaksin Indonesia telah mencapai produksi skala kecil untuk vaksin flu burung dari tujuh program vaksin yang menjadi target konsorsium itu. Produksi vaksin flu burung dilaksanakan PT Biofarma (Persero). Program vaksin flu burung itu melibatkan 16 institusi.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Amin Soebandrio, di sela-sela acara penandatanganan kerja sama Kementerian Riset dan Teknologi dan Kalbe untuk program Science Award 2014, Selasa (11/2), di Jakarta.

Program pembuatan vaksin flu burung (avian influenza/AI) dimulai dengan pembuatan bibit vaksin oleh tim peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga pada 2012. Bibit vaksin itu diserahkan oleh Menteri Riset dan Teknologi kepada Menteri Kesehatan untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Biofarma.

Badan usaha milik negara ini mengembangkan produksi skala kecil. Pembuatan vaksin menggunakan media biakan telur Specific Patogen Free (SPF). Telur ini dihasilkan dari ayam yang dipelihara dalam lingkungan yang bebas dari kontaminasi mikroba sehingga telur yang dihasilkan pun bebas kuman.

”Jika uji klinis berhasil, vaksin akan diproduksi dalam skala besar,” kata Amin. Pengujian perlu waktu 8 tahun hingga tahun 2020. Namun, jika terjadi pandemi, proses pengujian dapat dipersingkat.

Pengembangan vaksin AI termasuk yang paling maju di antara enam vaksin lain, yaitu tuberkulosis, hepatitis B dan C, virus rota, HIV, dan dengue. ”Vaksin lain masih dalam tahun identifikasi virus, antara lain untuk mengetahui virus dominan penyebab penyakit dan materi genetiknya,” ujar Amin.

Virus dicari dari sejumlah daerah di Indonesia, kemudian diisolasi untuk digunakan sebagai bahan vaksin.

Produksi vaksin akan diserahkan, antara lain, kepada Biofarma yang telah mengekspor vaksin polio ke 110 negara di dunia. Menurut Kepala Bagian Humas Bio Farma Lala Nurlaela, perusahaan farmasi nasional itu telah memiliki sertifikat prakualifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Meski Indonesia telah menjadi produsen dan pengekspor vaksin, Menristek Gusti Muhammad Hatta menyayangkan, banyak bahan baku vaksin masih impor. Ia berharap ada upaya mengembangkan kemandirian untuk produksi bahan baku vaksin. (YUN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com