KOMPAS.com - Tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. Tumor bisa tumbuh di semua bagian tubuh, termasuk pada kelenjar hipofisis yang berada di dasar tengkorak, tepat di bawah otak.
Kelenjar hipofisis, sering disebut juga dengan kelenjar pituitari, berperan penting dalam mengatur berbagai hormon yang memengaruhi banyak fungsi tubuh.
"Tumor hipofisis bisa bersifat jinak atau ganas, tapi Sebagian besar kasus adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian lain tubuh seperti kanker," kata dr.Michael Sp.THT dari RS Siloam Lippo Village Karawaci Tangerang.
Seperti sebagian besar kanker, penyebab tumor hipofisis pun belum diketahui. Beberapa tumor juga bisa disebabkan oleh kelainan keturunan.
Ditambahkan oleh dr.Michael, meski bisa diderita kedua jenis gender, tetapi tumor hipofisis lebih sering terjadi pada wanita di usia 30-50 tahun.
"Perbedaan ini menandakan adanya pengaruh hormonal yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan tumor," ujarnya.
Baca juga: Obat Antidepresi Berpotensi Atasi Tumor Otak
Gejala tumor
Gejala yang bisa dialami pasien bisa bervariasi, tergantung ukuran dan lokasi tumor.
Salah satu gejala yang umum adalah gangguan penglihatan, terutama kebutaan peripheral yang terjadi akibat tekanan tumor pada saraf optik.
"Sakit kepala juga merupakan keluhan yang sering disampaikan dan sering kali menjadi gejala awal yang dihadapi pasien," tutur dr.Michael.
Selain itu, pasien sering melaporkan perubahan hormonal yang dapat menyebabkan gejala seperti menstruasi yang tidak teratur pada wanita dan penambahan berat badan
Saat tumor hipofisis tumbuh, sel-sel normal yang melepaskan hormon di hipofisis dapat rusak. Hal ini menyebabkan kelenjar hipofisis tidak memproduksi hormon dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini disebut hipopituitarisme.
Baca juga: Hormon Testosteron Bisa Menambah Tinggi Badan?
Pengobatan tumor hipofisis
Proses diagnosis tumor hipofisis melibatkan beberapa langkah penting, termasuk tes darah untuk mengukur kadar hormone, dan juga pencitraan otak seperti MRI atau CT scan.
Dijelaskan oleh dokter bedah saraf dari RS Siloam Lippo Village Karawaci, Prof.Julius July Sp.BS (K) Onk, tatalaksana tumor hipofisis dapat dilakukan melalui pendekatan pembedahan dan non-pembedahan.
"Pembedahan sering kali diperlukan untuk mengangkat tumor, terutama jika tumor menyebabkan gejala yang signifikan atau ada potensi menjadi ganas. Pendekatan non-bedah, seperti terapi hormon dan radiasi, juga dapat dipertimbangkan, tergantung pada kondisi spesifik pasien dan sifat tumor," paparnya.
Pembedahan dalam penanganan tumor hipofisis saat ini bisa dikerjakan dengan metode minimal invasif yang dilakukan melalui hidung dan sinus.
Metode EETS (Endoscopic Endonasal Transphenoidal Surgery) tersebut memungkinkan akses yang lebih mudah ke tumor dengan risiko lebih rendah dan pemulihan lebih cepat.
Menurut Prof.Julius, kriteria untuk melakukan pembedahan dengan metode EETS mencakup ukuran dan lokasi tumor, serta dampak yang ditimbulkan oleh tumor terhadap kesehatan pasien.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.