Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterbatasan Perangkat di Rumah Sakit Resahkan Keluarga Pasien

Kompas.com - 23/04/2014, 15:19 WIB


KOMPAS.com —
Terbatasnya sarana layanan kritis di rumah sakit meresahkan keluarga pasien. Mereka harus antre dalam ketidakpastian. Keluarga pasien hanya bisa pasrah ketika kondisi keluarga yang ditunggui memburuk. Persoalan serupa pernah mencuat, tetapi kini terulang lagi.

Sarana layanan darurat yang dimaksud meliputi neonatal intensive care unit (NICU) untuk bayi yang baru lahir, pediatric intensive care unit (PICU) untuk anak-anak, intensive care unit (ICU) untuk dewasa, dan high care unit (HCU) untuk pasien dengan layanan khusus.

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Dedi (42), ayah pasien penderita leukemia bernama Raihan (4), tidak dapat menahan kesabaran. Dedi berjuang mencari ruang PICU sejak 20 April lalu, tetapi belum bisa mendapatkannya pada Selasa (22/4).

”Katanya ruang PICU masih penuh, tetapi tidak ada kepastian ruangan itu kosong lagi. Setiap hari saya cek selalu penuh. Saya juga sudah mendatangi belasan rumah sakit di Jakarta. Ada yang penuh dan yang lain tidak memiliki sarana itu,” kata Dedi saat ditemui di RSCM.

Dedi berusaha keras mencari ruang PICU karena dokter yang merawat anaknya, Achmad Rafi, menganjurkan segera mencari ruang perawatan khusus. Dedi semakin kalut ketika kondisi anaknya memburuk pada Senin malam. Dedi menyayangkan hal seperti ini justru terjadi di ibu kota negara RI.

Raihan kini menjalani perawatan di Gedung A Kamar 111 RSCM. Raihan terbaring lemah di tempat tidur dengan tubuh terhubung selang infus. Paling tidak ada tiga tiang infus yang berada di sisi tempat tidurnya.

Staf Bagian Pemasaran RSCM, Intan, mengatakan, tim medis sedang berupaya mencari ruang PICU untuk Raihan. Memang saat ini, kata Intan, sedang ada antrean untuk pasien dengan sakit yang berbeda-beda. ”Kami sedang mengupayakan kamar untuk Raihan. Memang sarana itu terbatas, banyak yang butuh,” kata Intan.

Tidak semua rumah sakit

Kepala Unit Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah Adji Kurnianto mengakui keterbatasan sarana pelayanan kritis itu. Perangkat PICU khusus untuk penderita leukemia hanya ada di RSCM dan RS Dharmais. Adji mengusahakan agar Raihan mendapat layanan di RSCM. Sebab, dia sudah menjalani perawatan di sana. ”Sebaiknya dirawat di sana saja. Tidak semua rumah sakit punya layanan PICU untuk leukemia,” kata Adji.

Selain investasinya mahal, yakni Rp 5 miliar, butuh keahlian khusus mengoperasikan perangkat layanan tersebut. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui, layanan kritis di Jakarta sangat minim. Saat ini hanya ada 143 sarana NICU dan 150 sarana PICU yang tersebar di seluruh rumah sakit di Jakarta.

Kendati demikian, Pemprov DKI Jakarta tidak tinggal diam. Basuki mengungkapkan, penambahan pelayanan intensif bagi bayi dan anak ini akan dilakukan di RSUD Koja, Jakarta Utara, dan RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Untuk RSUD Pasar Minggu yang saat ini sedang dibangun, pelayanan NICU disediakan 20 unit, begitu pula dengan pelayanan PICU. Di RSUD Koja, penambahan NICU sudah dilakukan, yaitu dari empat unit menjadi 10 unit, sejak kasus Dera beberapa waktu lalu.

Pelayanan PICU di RSUD Koja akan ditambah dari enam menjadi 26 unit sejalan dengan proyek peningkatan rumah sakit.

Walaupun terjadi antrean penggunaan sarana kritis, bagian sistem penanggulangan gawat darurat RSCM tidak dapat memberikan informasi data pasien dan penyakit yang dideritanya.

Februari 2013, persoalan ini pernah menjadi sorotan ketika bayi bernama Dera Nur Anggraini (berusia enam hari) meninggal dunia karena tidak mendapatkan ruang perawatan NICU. Hanya berselang beberapa hari, Hikmah Fitrianul Uyung (1) meninggal dunia karena tidak mendapatkan layanan serupa. (A04/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau