KOMPAS.com - Saat menetapkan target untuk memiliki berat badan ideal atau pun lebih kencang berotot, kita begitu bersemangat untuk melakukan latihan olahraga. Tetapi biasanya semangat menggebu-gebu tersebut perlahan pupus dan niat berolahraga pun gampang dikalahkan rasa malas.
Sebuah survei yang melibatkan 3.000 responden menunjukkan, 54 persen dari peserta yang pada awal tahun berkomitmen untuk menjalankan hidup lebih bugar, ternyata gagal untuk memenuhinya pada beberapa bulan setelahnya. Survei tersebut dilakukan oleh Fitness First di beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia.
Survei juga menemukan, alasan terbesar orang untuk tidak berolahraga adalah karena kurangnya waktu dan motivasi. Itulah mengapa kebanyakan orang gagal untuk melanjutkan komitmen yang sudah dibuat sejak awal.
CEO Fitness First Asia Simon Flint mengatakan, ada tiga faktor yang penting dalam membangun motivasi, termasuk motivasi berolahraga, yaitu
competence, merasa kompeten atau merasa memiliki pencapaian dan melihat adanya kemajuan atas apa yang telah dilakukan. Kemudian,
autonomy yaitu memiliki kebebasan untuk memilih dan tidak ada keterpaksaan dalam melakukan sesuatu.
"Selain itu, social relatedness yaitu merasa menjadi bagian dari sesuatu, merasa berada dalam lingkungan yang nyaman dan juga mendukung apa yang dilakukannya," kata Simon dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (20/5/14).
Menurut pakar psikologi dari Universitas Indonesia Monty P Satiadarma, paling tidak ada tiga hal yang menjaga motivasi olahraga, yaitu atraktif, romansa, dan komitmen. Ia menganalogikan tiga hal tersebut mirip dengan mempertahankan jalinan pernikahan.
"Atraktif yaitu rasa ketertarikan, biasa didapat saat baru saja membuat janji. Seperti kalau berolahraga, alat-alatnya baru, sepatu baru, jadi bersemangat. Kemudian romansa dimulai ketika sudah merasa asiknya berolahraga. Setelah beberapa lama, barulah komitmen itu yang bekerja. Nah, kalau lupa dengan komitmen jadi lebih mudah gagal," jelas Monty.
Karena itu, untuk menjaga motivasi tersebut, Monty menegaskan untuk merumuskan tujuan yang jelas sebelum membuat komitmen. Menurutnya, tujuan atau intensi dalam melakukan sesuatu sangat penting untuk menjaga melangsungan melakukan olahraga. Misalnya, intensinya untuk menjadi lebih langsing dan memiliki penampilan lebih menarik.
"Dengan adanya intensi yang jelas, maka melakukan komitmen itu seperti sudah menjadi kebutuhan," kata dia.
Monty memaparkan, olahraga juga perlu menjadi lahan mengaktualisasi diri. Sehingga melakukannya bukan karena suruhan atau paksaan, melainkan karena seseorang bisa mendapat aktualisasi diri dari sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.