Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/08/2014, 11:44 WIB

KOMPAS.com - Demam Ice Bucket Challenge (IBC) atau sebuah gerakan menyiram diri sendiri dengan air es sebagai bentuk inisiatif menggalang dana memang sedang menjadi tren di dunia maya.

Banyak pelaku gerakan ini, mulai dari selebriti, tokoh publik, hingga orang biasa yang melakukannya hanya sekadar iseng. Namun, kita harus berhati-hati, pasalnya telah terjadi beberapa kasus telah menunjukkan ada bahaya kesehatan di balik Ice Bucket Challenge.

Risiko IBC pun tak main-main. Belum lama ini, bahkan beredar sebuah video seorang remaja Amerika Serikat bernama Sergio Cardozo yang dilaporkan meninggal di tempat, sehabis melakukan IBC bersama kedua temannya.

Dalam videonya, ia bersama dua temannya melakukan IBC dengan sebuah tong sampah berisi air dingin dan es. Tak lama kemudian, air dituangkan ke atas kepala Sergio dan tong sampah yang digunakan, dijatuhkan.

Meski telah mengenakan helm untuk melindungi kepalanya, Sergio langsung meninggal dunia setelah lehernya mengalami cedera akibat tertimpa tong sampah.

IBC yang berisiko

IBC sendiri adalah sebuah gerakan dengan tujuan yang positif. Gerakan yang dibuat sebagai salah satu kampanye menggalang dana untuk penelitian penyakit ALS atau dikenal dengan Lou Gehrig's Disease ini menantang seseorang untuk menyiram air es di kepalanya dan merekamnya dalam video. Nantinya, video tersebut akan diunggah di internet, disertai dengan donasi sekitar US$ 10 hingga US$ 100.  

Namun, kegiatan yang populer di berbagai kalangan ini rupanya bukan tanpa risiko. Meski dianggap sebagai hal yang tak begitu berbahaya, dalam skala kecil, tantangan ini bisa menyebabkan cedera mata, akibat gesekan bongkahan kecil es pada kornea. Pelaku juga berisiko terkena hipotermia karena tekanan air es secara mendadak dan dalam jumlah banyak pada bagian kepala.

Bagi jantung

Siraman air es yang langsung dan mendadak pada kepala juga menyebabkan tubuh shock. Detak jantung pun akan langsung menurun dan menyebabkan ritme kerja jantung terganggu.

Dr Daniel Jurewitz, seorang kardiolog dari Santa Barbara mengungkap, inilah yang kemudian bisa memicu masalah pada kesehatan jantung dan kardiovaskular. "Pada orang-orang tertentu, meski secara tidak langsung, hal ini bisa menyebabkan serangan jantung hingga kematian," Jurewitz menjelaskan.
 
Pernyataan Jurewitz sendiri didukung oleh Dr Stephen Wealthall. Menurut Wealthall, menyiram air es pada kepala bisa menyebabkan refleks pada saluran udara untuk menutup laring. Akibatnya, detak jantung menjadi lambat, bahkan menyebabkan seseorang berhenti bernapas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau