Penelitian menunjukkan, 97 persen pasien osteoartritis mengalami keterbatasan gerak dan 7 dari 10 pasien mobilitasnya berkurang, bahkan sebagian tidak bisa bergerak.
Setiap tahun nyeri yang dialami pasien artritis akan semakin bertambah sehingga ketergantungan pada obat pereda nyeri makin besar. Obat itu paling tidak membantu mereka melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan atau naik tangga. Padahal, konsumsi obat antinyeri yang terlalu sering sangat berbahaya.
Sebuah studi yang dilakukan di Inggris terhadap penderita artritis menemukan, 90 persen pasien minum obat antinyeri. Selain itu tigaperempat pasien menggunakan lebih dari satu obat untuk menjaga kondisinya.
Walau demikian, hampir separuh pasien mengeluhkan efek samping dari obat-obatan tersebut. Bahaya dari konsumsi obat antinyeri yang terlalu sering antara lain perdarahan usus, serangan jantung, dan stroke.
Obat antinyeri yang biasa dikonsumsi antara lain obat jeni nonsteroidal anti-inflammatories (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, naproxen, celecoxib dan disclofenac. Sebagian diresepkan dokter dan lebih banyak obat yang dijual bebas.
Rasa nyeri adalah gejala utama dari artritis dan gangguan muskuloskeletal. Untuk beberapa orang, rasa sakit tersebut berlangsung lama dan menghambat mereka melakukan berbagai aktivitas.
Radang sendi memang belum ada obatnya, karena itu terapi yang diberikan dokter adalah menghilangkan rasa sakitnya sehingga pasien tetap bisa beraktivitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.