Selain untuk menyehatkan tubuh, pikiran jernih, penampilan menarik, olahraga juga bisa dipakai sebagai ajang menambah teman.
Yasmin (26), pegawai swasta, menggelar matras yoga berwarna hijau muda di pusat latihan Bikram Yoga, Plaza Senayan Arcadia, Senayan, Jakarta Pusat. Dia mengenakan celana ketat selutut dengan atasan kaus tanpa lengan. Rambut Yasmin yang panjang sebahu diikat cepol ke atas.
Di luar ruangan matahari bersinar terik. ”Aku sengaja memanfaatkan waktu istirahatku untuk yoga. Setelah ini, kembali bekerja lagi,” kata Yasmin, Rabu (1/10).
Siang itu, Yasmin melakukan 26 gerakan sistematis bikram yoga di dalam ruangan bersuhu 42 derajat celsius.
Yasmin berlatih yoga setidaknya tiga kali seminggu. Selain yoga, perempuan yang bekerja di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, ini juga berlatih olahraga lain, seperti tyx dan power swing. Dia menyempatkan diri berolahraga di tengah kesibukannya sebagai pekerja kantoran. ”Jenis olahraganya sengaja aku selang-seling biar tidak bosan,” kata Yasmin.
Yasmin tidak sendiri. Berolahraga tampaknya sudah menjadi gaya hidup di kalangan muda kaum urban. Selain yoga, jenis olahraga lain yang telah lama digandrungi adalah nge-gym di pusat-pusat kebugaran fisik atau klub fitness.
Di Mal FX Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (3/10) sore, sejumlah pegawai kantor berpakaian necis memasuki ruang pusat kebugaran Celebrity Fitness. Dalam hitungan menit, blazer, kemeja, serta celana dan rok bahan yang mereka kenakan berganti setelan olahraga.
Diiringi musik terkini yang mengalun cepat dari pengeras suara, anggota klub fitness itu menaiki mesin treadmill, menyesuaikan tingkat kecepatan, dan berlari. Ada pula yang duduk menghadap dinding berlapis kaca sambil berulang-ulang mengangkat dumbbell yang beratnya bervariasi.
Mayoritas anggota klub fitness adalah pekerja kantoran yang membayar Rp 5 juta-Rp 10 juta untuk sesi latihan fisik dua kali seminggu bersama pelatih pribadi.
Quincy (23), salah satu anggota klub, rajin mengunjungi Celebrity Fitness dalam tiga bulan terakhir. Selama ini, kesibukan kerja sebagai analis bisnis di sebuah perusahaan konsultan bisnis membuatnya lelah dan malas berolahraga. Gaya hidup yang kurang sehat itu membuat berat badannya naik drastis. Ia juga merasa cepat lelah dan mudah sakit.
Akhirnya, dengan membayar Rp 500.000 per bulan, Quincy kini menghabiskan waktu tiga-empat kali seminggu untuk fitness. ”Biasanya dua jam sepulang kerja. Lumayan, daripada sore-sore terjebak macet, saya mampir dulu untuk lari-lari di treadmill,” kata Quincy.
Hasilnya, meski belum ada perubahan signifikan pada bentuk fisiknya, secara psikologis, Quincy merasa lebih bahagia. ”Sekarang, saat makan, saya tidak lagi dibebani rasa bersalah. Semua lemak tak sehat akan saya buang lewat olahraga,” tuturnya.
Tidak mahal
Memperoleh tubuh sehat dan menarik tak lagi membutuhkan biaya besar. Pusat kebugaran dengan biaya rendah kini banyak tersebar di Ibu Kota. Biayanya pun dalam kisaran Rp 70.000-Rp 200.000 per bulan.