Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/12/2014, 19:05 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Memasuki musim penghujan, berbagai penyakit bermunculan. Salah satunya, demam berdarah dengue (DBD). DBD disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk tersebut mudah berkembang biak pada musim penghujan.

Untuk itu, masyarakat harus mencegah nyamuk berkembang biak dengan menjaga lingkungan yang bersih di dalam maupun luar rumah. Kementerian Kesehatan RI melalui siaran tertulisnya, Jumat (26/12/2014) pun mengimbau masyarakat melakukan Gerakan Jumat Bersih untuk memberantas sarang dan jentik nyamuk.

Gerakan mencegah demam berdarah itu meliputi kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus. Pertama yaitu menguras sejumlah tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es. Kedua, menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air. Ketiga, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah.

Sementara itu, kata Plus maksudnya adalah upaya pencegahan tambahan. Di antaranya, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.

Pencegahan lainnya adalah dengan mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah. Hal ini agar udara dalam rumah tidak lembab. Kemudian, jangan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat hinggapnya nyamuk.

Kementerian Kesehatan juga berharap adanya gotong royong warga untuk menjaga kebersihan ingkungan setempat

“Melalui program pemberdayaan masyarakat ini diharapkan para ibu dapat berperan untuk menggerakkan, memotivasi, mendorong, dan mengedukasi masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan memantau jentik nyamuk di lingkungannya,” kata Theresia Irawati, Kepala Suku Bidang Kemitraan Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin untuk mencegah seseorang terkena DBD. Masyarakat pun harus mengenal gejala DBD agar tidak terlambat ditangani.

Gejalanya antara lain, demam tinggi mendadak sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata, dan nyeri punggung. Terkadang disertai pendarahan dan pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri pada ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini umumnya 4 sampai 7 hari dan bisa sampai 14 hari.

Berdasarkan data Kemenkes tahun 2014 hingga pertengahan bulan Desember ini, penderita DBD di Indonesia mencapai 71.668 orang. Sebanyak 641 diantaranya meninggal dunia. Penderita DBD pun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013, jumlah penderitanya mencapai 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871.

Meski secara umum terjadi penurunan kasus dibanding tahun sebelumnya, beberapa provinsi justru mengalami peningkatan. Di antaranya, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau