KOMPAS.com —
Seorang pria berusia 44 tahun terpaksa kehilangan penglihatan pada salah satu matanya untuk sementara waktu setelah mengikuti lomba lari maraton sejauh 42 kilometer. Mata pria itu membeku karena berlari dalam kondisi cuaca bersalju, hujan es, dan berangin.
Ia menderita wind-blindness, yaitu ketika angin membuat kering lapisan pelindung air mata sehingga merusak penglihatan. Salju dan hujan es juga diduga masuk ke dalam mata, kemudian membekukan lapisan luar.
Pria itu datang ke pos pemeriksaan medis dengan keluhan perih pada mata kirinya. Ia pun merasa ada sesuatu pada matanya.
Dokter menduga kornea mata kirinya telah membeku. Akibatnya, terjadi goresan pada permukaan mata sehingga menganggu penglihatan. Mata kirinya juga terlihat bengkak dan lensa mata tampak berawan.
Saat lomba lari maraton di Inggris itu, suhu mencapai di bawah 5 derajat celsius. Embusan angin lebih dari 80 mil per jam.
Diduga, kerusakan pada matanya sudah terjadi sejak ia mengikuti lomba lari ultramaraton (lebih dari 42 km) non-stop atau tanpa berhenti selama tujuh hari.
Mulanya tidak ada rasa perih di mata. Namun, kemudian, saat berlari pada malam hari, penglihatannya menurun. Akibatnya, ia sering kali tersandung saat berlari. Pria itu pun menduga penglihatannya yang kurang karena kelelahan dan gula darah rendah.
Namun, setelah diperiksa oleh tim medis, ia baru menyadari ada masalah pada matanya. Dokter pun menyarankan semua pelari untuk memakai kacamata dalam balapan tersebut.
Menurut tim dokter, selama ini menggunakan kacamata merupakan hal yang biasa dalam kegiatan pada musim dingin, seperti bermain ski dan naik gunung. Namun, kacamata belum biasa digunakan oleh pelari untuk melindungi mata dari angin saat cuaca dingin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.