Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/07/2015, 19:19 WIB

KOMPAS.com - Kontrasepsi oral atau di Indonesia biasa disebut pil KB, bukan hanya efektif untuk menjarangkan kehamilan, tapi juga memiliki banyak manfaat tambahan. Salah satu kekhwatiran dari metode kontrasepsi ini adalah bisa mengurangi kesuburan jika dipakai jangka panjang. Benarkah demikian?

Sekitar 100 juta wanita di dunia menggunakan kontrasepsi oral. Kebanyakan pil KB yang sekarang ini beredar merupakan pil dengan kombinasi hormonal, yakni estrogen dan progesteron.

Hormon dalam pil kontrasepsi bekerja dengan dua cara berbeda dalam mencegah kehamilan. Ada yang mencegah ovarium melepaskan sel telur, ada juga yang menebalkan lender di leher rahim sehingga lebih sulit dilewati sel sperma untuk menuju rahim.

Jika pil KB dikonsumsi secara teratur dan tepat, efektivitasnya untuk mencegah kehamilan mencapai 91 persen. Kelebihan dari pil KB adalah cepat mengembalikan kesuburan.

Menurut Dr.Delfin Tan dari St.Luke's Medical Center, Filipina, data penelitian menunjukkan bahwa angka kehamilan setelah satu tahun menggunakan pil KB dan berhenti dengan yang tidak memakai pil KB tidak berbeda.

"Yang minum pil KB insiden tidak haidnya 0,6 persen, sedangkan yang tidak pakai pil 1 persen. Malah sebenarnya pemakaian pil KB akan melindungi kita dari ketidaksuburan," katanya dalam acara An Asia-Pacific Press Dialogue on Modern Contraception di Singapura beberapa waktu lalu.

Studi tahun 2011 juga menyebutkan, wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral, implan, suntikan, atau pun Intrauterine device (IUD), memiliki keberhasilan kehamilan yang sama dengan wanita yang tidak memakai metode kontrasepsi apa pun sebelumnya.

Pil kontrasepsi hormonal juga terbukti bisa menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium. Data juga menunjukkan, wanita yang pernah mengonsumsi pil KB risikonya terkena kanker berkurang 12 persen dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah memakai pil KB.

Meski mengandung hormon sintetis, namun menurut Prof. Johannes Bitzer, European Society of Contraception dari Swiss, mengatakan bahwa hormon tersebut aman.

"Alam memproduksi hormon untuk melindungi wanita agar tidak hamil saat sedang hamil. Hormon yang dipakai dalam kontrasepsi modern bekerja untuk menyerupai hormon tersebut," katanya.

Bitzer menjelaskan, ketakutan akan bahaya hormon sebenarnya berawal dari penggunaan hormon kortisol sintetis untuk pembentukan otot. "Hormon menjadi identik dengan zat kimia dan artifisial sehingga dianggap buruk. Padahal dalam konteks kontrasepsi sangat berbeda. Hormon yang dipakai dalam metode kontrasepsi meniru yang alamiah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau