Nagoski mengatakan, untuk menjawab pertanyaan tersebut sangat tergantung pada pemahaman kita pada terjadinya orgasme. Ia menggambarkan mekanisme orgasme itu sebagai "mekanisme kendali ganda" di otak.
Ia mengibaratkan mekanisme tersebut seperti kerja mesin kendaraan. Mekanisme pertama adalah kecepatan (akselerasi) seksual (pedal) yang merespon rangsangan seks dan memberi perintah pada tubuh kita untuk memperbanyak rangsangannya. Yang kedua adalah deselator pelindung seksual yang akan merespon agar tidak sampai berhenti (rem).
"Pria memiliki akselator yang sensitif dan rem yang kurang sensitif. Sementara wanita sebaliknya, remnya lebih sensitif sedangkan akselerasinya kurang sensitif," kata Nagoski.
Cara pria dan wanita mencapai klimaks sangat berbeda, tapi seorang wanita hanya butuh rangsangan sedikit lebih banyak dan juga kenyamanan sebelum mereka mulai sepenuhnya merasakan kenikmatan.
Ada beberapa hal yang bisa membuat rem tadi lebih aktif. Misalnya saja pengalih perhatian, moral, atau ketakutan ada orang lain yang masuk ke kamar.
"Pokoknya semua hal yang merusak kemampuan kita untuk terangsang bisa dianggap sebagai rem," kata penulis buku Come as You Are: The Suprising New Science that Will Transform Your Sex Life ini.
Nah, kaum wanita ternyata lebih mudah terpengaruh sehingga kemampuannya merespon rangsangan seksual jadi berkurang.
"Kuncinya adalah mengenali apa saja yang menjadi rem kita dan cari cara untuk tidak terpengaruh. Terkadang dengan melakukan hal-hal sederhana kita jadi bisa sepenuhnya menikmati aktivitas bercinta," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.