Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2015, 10:05 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Olahraga bukan hanya perlu dilakukan dengan konsisten, tapi juga harus dipahami dan dipraktikkan dengan tepat agar hasilnya lebih cepat dan maksimal.

Olahraga memiliki aturannya sendiri. Jika aturan dan praktiknya betul, tujuan kita akan lebih mudah tercapai. Entah itu sekadar mempertahankan berat ideal atau ingin menurunkan berat badan. Sebaliknya, aturan dan praktik yang salah akan menjauhkan kita dari tujuan, hasil yang ingin dicapai tidak ada kemajuan, bahkan bisa menimbulkan cedera.

Karena itu, mari kita cari tahu kesalahan apa saja yang biasa dilakukan oleh wanita dalam berolahraga. Sekaligus temukan solusinya dari para ahli.

 

Baca juga: Sekjen Hipmi Sebut Jet Pribadi yang Digunakan Bahlil untuk Mudik Lebaran Dibayar dengan Dana Pribadi

Selalu Memilih Latihan Intensitas Rendah

Alasannya: latihan intensitas rendah asal durasinya panjang, dapat membakar lebih banyak kalori.

Ini tidak benar. Latihan intensitas tinggi membutuhkan lebih banyak energi. Bahkan, banyaknya energi yang keluar tidak hanya terjadi saat olahraga, tetapi juga sesudah sesi latihan selesai. Olahraga intensitas tinggi menyebabkan ‘kerusakan’ otot yang lebih besar ketimbang intensitas ringan. Alhasil, tubuh harus berusaha lebih keras memperbaiki ‘kerusakan’ ini. Energi yang dikeluarkan untuk perbaikan bisa bertahan sampai 48 jam setelah olahraga selesai.

Baca juga: Viral, Penumpang KA Sri Tanjung Dimaki dan Diajak Berduel Usai Kursi Ditempati Orang Lain, Ini Kata KAI

Wanita berusia di atas 35 tahun dan baru mulai rutin berolahraga, sebaiknya tidak langsung menjalani latihan intensitas tinggi dan hindari terlalu banyak benturan. Mulailah dari yang perlahan dulu, setelah itu pelan-pelan ditingkatkan intensitasnya. Jangan lupa untuk rajin melakukan peregangan dan latihan otot-otot tubuh agar terhindar dari risiko cedera.

 

Takut Berlatih Beban

Alasannya: Berlatih beban bisa membuat otot besar seperti atlet angkat besi.

Ini ketakutan yang kurang beralasan. Pasalnya, untuk memiliki otot yang besar diperlukan lebih dari sekadar angkat beban. Otot besar juga ditentukan oleh pola makan dan hormon, jelas Jessica Cummings, pelatih fitnes bersertifikat dari BodyScapes Fitness, Amerika Serikat.

Baca juga: Lirik Lagu Selalu Ada di Nadimu - BCL Soundtrack Jumbo, Kalau Nanti Badai Kan Datang

Menurutnya, latihan beban justru bisa membuat tubuh kita jadi lebih ramping padat karena lemak akan berkurang dan otot bertambah.  Tubuh seperti atlet baru bisa terjadi jika kita memiliki pola makan, hidup dan berlatih sama keras dengan atlet angkat besi.

 

Melupakan Pemanasan

Alasannya: Ingin langsung ke latihan utama dan menganggap cedera bisa dicegah dengan pendinginan (cooling down).

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh University of Sidney mengungkapkan, justru yang lebih bisa mencegah terjadinya cedera adalah pemanasan. Sementara pendinginan, lebih berfungsi untuk menormalkan aliran darah dan debar jantung yang tadinya kencang karena latihan. Selain itu, pendinginan juga berguna untuk mencegah sakit kepala atau perasaan gamang yang kadang muncul akibat berolahraga melebihi porsi yang seharusnya.

 

Baca juga: Berbagai Kenangan Inul Daratista tentang Titiek Puspa, Dipinjamkan Uang hingga Dibela Saat Dicekal

Anti Minum Kopi Sebelum Latihan

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau