Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Lengan Kanan Putin Terlihat Kaku Saat Berjalan

Kompas.com - 16/12/2015, 18:01 WIB

KOMPAS.com – Ada keganjilan selama ini terkait cara berjalan Presiden Rusia Vladimir Putin, tangan kanannya seperti tertahan hampir tak bergerak dan jika bergerak, pergerakannya kaku, sedangkan tangan kirinya berayun dengan bebasnya.

Hal ini telah memicu spekulasi selama bertahun-tahun terkait penyebabnya dengan rumor mulai dari stroke ketika dia masih di rahim hingga polio saat masa kanak-kanak.

Sekarang, studi baru yang dilakukan oleh sekelompok ahli saraf mencapai kesimpulan yang berbeda, yang menyebutkan penyebab cara berjalan Putin seperti itu adalah karena latihan yang didapatnya ketika dia masih tergabung dalam KGB Uni Soviet, badan keamanan nasional bangsa.

Dalam studi yang telah diterbitkan online pada 14 Desember di jurnal The BMJ, para peneliti menemukan, bahwa para pejabat Rusia lainnya menampilkan gaya berjalan yang sama dengan Putin, yang mereka sebut terkait dengan pelatihan KGB yang bertujuan untuk membuat "lengan senjata" dekat dengan sarungnya dan siap untuk menarik pistol di setiap saat.

 

Bukan parkinson

Kebanyakan dari kita ketika berjalan, akan secara alami mengayunkan lengan yang bertentangan dengan gerakan kaki kita dan kita melakukannya dengan spontan.

Para ilmuwan telah mencari tahu, apakah mengayunkan tangan ketika berjalan bisa memberi manfaat dari cara kita bergerak.

Dan beberapa studi telah menyimpulkan, bahwa ayunan tangan seorang pelari dapat membantu menjaga keseimbangan tubuh mereka sekaligus menghemat energi.

Tetapi berjalan dengan mengayunkan satu lengan merupakan hal yang tidak biasa, kata Bastiaan R. Bloem, wakil penulis studi baru dan profesor neurologi gangguan gerak di Radboud University Nijmegen Medical Centre di Belanda.

Selain itu, lengan yang tak bergerak merupakan salah satu gejala awal yang diketahui sebagai indikator terkena penyakit parkinson, katanya.

Setelah seorang rekan mengirimkan Bloem sebuah email yang berisi video YouTube, yang menunjukkan lengan kanan Putin yang kaku. Bloem cukup tertarik untuk menggali hal ini sedikit dalam, dia berkata kepada Live Science.

Dia menemukan sejumlah video yang menampilkan Putin di acara-acara publik di mana dia berjalan cukup jauh. Kurangnya gerakan lengannya telah berlangsung selama beberapa tahun.

"Anda dapat mengatakan, jika itu adalah sebuah alasan, mungkin bahunya kesakitan atau mempunyai beberapa masalah intermiten lainnya," kata Bloem. "Tetapi, ketika kami menemukannya, ini telah berlangsung selama beberapa tahun."

Bloem dan beberapa rekannya mempraktikan sebuah subdisiplin neurologi yang diidentifikasikan sebagai "movement disorder enthusiasts."

Menganalisa bagaimana cara orang berjalan adalah sifat kedua dari para ahli tersebut - pada konferensi neurologi, mereka merupakan satu-satunya yang mengevaluasi bagaimana setiap orang berjalan dengan cara mereka ketika melewati ruangan.

"Pergerakan yang normal ini kompleks dan kemudian melihat mereka berjalan dengan cara yang salah ketika ada cacat pada otak, merupakan suatu bidang yang menarik," kata Bloem.

Rekaman Putin ketika berjalan menggugah minat Bloem dan wakil penulis studi ini. Tetapi, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengesampingkan parkinson sebagai penyebab cara berjalan Putin.

Parkinson adalah penyakit progresif dan dalam rekaman dari tahun ke tahun, tidak ada bukti bahwa gerakan lengan Putin atau bagian lain dari tubuhnya mengalami kondisi yang terus memburuk.

Bahkan, semua bukti tampaknya menunjukkan bahwa secara keseluruhan, Putin dalam kondisi fisik yang baik.

Para peneliti mengevaluasi rekaman Putin ketika melakukan sejumlah kegiatan yang berbeda, dan mengatakan bahwa ketrampilan motoriknya "sangat baik".

Saat itulah Bloem menemukan, bahwa Putin bukanlah satu-satunya pejabat Rusia yang berjalan dengan cara ini.

 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com