Sebuah studi oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menunjukkan, pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi memiliki frekuensi seks tiga kali lebih banyak dibandingkan pasangan yang tidak.
"Kontrasepsi merupakan alat yang dapat memisahkan seks dari kehamilan. Itu dapat mengubah peran seks, dari prokreasi menjadi hal yang sangat menyenangkan," kata Suzanne Bell, saat memaparkan hasil studinya pada konferensi keluarga berencana di Bali beberapa hari lalu.
Tim peneliti mengulas survei kesehatan nasional di 47 negara berpendapatan rendah hingga menengah dengan mengambil data pada 210.000 wanita yang sedang menjalani hubungan, yang membutuhkan kontrasepsi.
Responden ditanya apakah mereka telah melakukan hubungan seks bulan lalu dan apakah mereka saat ini menggunakan kontrasepsi.
Sekitar 90 persen wanita yang menggunakan kontrasepsi mengatakan mereka telah melakukan hubungan seks selama satu bulan terakhir, dibandingkan dengan 72 persen yang tidak menggunakan kontrasepsi.
Banyak wanita tidak menggunakan atau berhenti menggunakan kontrasepsi seperti pil atau KB spiral (IUD) karena mengalami efek samping.
Bell mengatakan, seharusnya tersedia pilihan alat kontrasepsi yang lebih luas untuk wanita.
"Kontrasepsi tidaklah sama ukurannya dan tidak cocok bagi setiap orang. Kebutuhan berubah setiap waktunya," kata Bell.
Penelitian lainnya yang berkaitan dengan hal ini menunjukkan bahwa keluarga berencana dan keluarga kecil dapat mengarah pada harapan hidup yang lebih lama bagi anak-anak.
Studi di 35 negara berkembang menunjukkan, dalam keluarga yang memiliki empat atau lebih sedikit anak, harapan hidup mereka lebih panjang 3 tahun dibandingkan dengan anak-anak di keluarga yang berisikan lima atau lebih keturunan.
Hal ini karena keluarga yang lebih kecil mempunyai lebih sedikit anak sehingga lebih mudah dalam mengatasi masalah.
"Ibu-ibu lebih mampu mengurus anak-anaknya, mereka tidak rentan terhadap penyakit dan gizi buruk. Mereka dapat pergi ke sekolah dan menyelesaikan pendidikannya, dan seterusnya," kata Saifuddin Ahmed, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan penulis studi. (Gibran Linggau)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.