Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Perut Sering Kembung, Diare, dan Konstipasi

Kompas.com - 23/04/2025, 10:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Gangguan pencernaan sering kali dianggap sepele. Meski bukan penyakit menular atau mematikan, kondisi ini bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari karena menimbulkan rasa tidak nyaman di perut.

Salah satu gangguan pencernaan yang cukup umum tetapi kurang dikenal adalah Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus besar. Tanpa disadari, banyak dari kita mungkin pernah mengalami gejalanya seperti perut kembung, diare, atau konstipasi.

“Kondisi ini menyebabkan perubahan pola buang air besar yang tidak teratur, disertai kram perut, kembung, diare, atau konstipasi. IBS bersifat kronis, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya,” jelas Dr. I Ketut Mariadi, Sp.PD-KGEH, pakar gastroenterhepatologi dari RS Siloam Denpasar, Bali.

Berbeda dengan penyakit radang usus atau celiac, IBS tidak menyebabkan kerusakan struktural pada saluran pencernaan.

Baca juga: 5 Minuman Terbaik untuk Meredakan Perut Kembung, Ada Kefir dan Jahe

“IBS termasuk dalam kategori penyakit fungsional. Artinya, tidak ditemukan kelainan fisik pada usus, tapi fungsinya terganggu. Oleh karena itu, pendekatan pengobatannya lebih berfokus pada manajemen gejala dan perubahan gaya hidup,” tambah dr. Ketut.

Gejala ABCD

Gejala IBS bisa bervariasi antara satu individu dengan lainnya. Namun secara umum, gejalanya dapat dirangkum dalam singkatan ABCD: Abdominal pain (nyeri perut), Bloated (perut kembung), Constipation (konstipasi/susah BAB), dan Diarrhea (diare).

Untuk menegakkan diagnosis IBS, dokter biasanya menggunakan kriteria Rome IV.

“Diagnosis dibuat jika pasien mengalami nyeri perut setidaknya satu kali per minggu dalam tiga bulan terakhir, dan keluhan itu telah berlangsung minimal enam bulan,” jelas dr. Ketut.

Baca juga: 20 Makanan Tinggi Serat yang Baik untuk Kesehatan Pencernaan

Nyeri perut tersebut juga harus disertai dengan dua dari tiga gejala berikut:

- Nyeri yang membaik setelah buang air besar,

- Nyeri yang berkaitan dengan perubahan frekuensi BAB (menjadi lebih sering atau lebih jarang),

- Nyeri yang disertai perubahan bentuk tinja.

Namun, jika perubahan pola BAB disertai dengan penurunan berat badan drastis, perdarahan dari anus, atau demam, perlu dicurigai adanya penyakit lain yang lebih serius. Dalam kondisi tersebut, pemeriksaan medis lanjutan sangat dianjurkan.

Faktor makanan dan psikis

IBS bisa dipicu atau diperburuk oleh beberapa faktor, terutama makanan dan kondisi psikis.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sirine Berbunyi di Tengah Kota Tel Aviv, Warga Israel Cari Perlindungan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau