KOMPAS.com - Dokter spesialis obstetri ginekologi konsultan onkologi RSK Dharmais dr. Widyorini Lestari Hanafi Sp.OG(K)Onk mengatakan skrining Human Papillomavirus (HPV) tetap harus dilakukan meski hanya memiliki satu pasangan (single partner) atau jika suami sudah lama meninggal.
Widyorini yang akrab disapa Wini mengatakan bahwa infeksi virus kanker serviks membutuhkan waktu 15 tahun.
“Kalau suami meninggal lama, jangan tidak skrining, karena mungkin bisa jadi sudah terinfeksi virus,” kata Widyorini yang akrab disapa Wini seperti yang dikutip dari Antara pada Selasa (22/4/2025).
Wini mengatakan bahwa faktor risiko utama penularan virus HPV umumnya melalui hubungan seksual aktif.
Risiko terjangkit virus HPV bisa tinggi pada wanita yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual.
Hanya memiliki satu pasangan saja, menurutnya, risiko tertular HPV tetap ada.
Baca juga: 9 Gejala Kanker Serviks Stadium Awal yang Penting untuk Dikenali
Infeksi HPV berkembang menjadi kanker serviks membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 15 tahun.
Saat kanker serviks sudah berkembang, gejala mulai muncul, meliputi nyeri pinggul, pendarahan di luar jadwal menstruasi, pendarahan saat berhubungan seksual, dan keputihan yang tidak normal.
“Gejalanya sering tidak terlihat, jika muncul, biasanya sudah stadium berat, kalau datang ke dokter keluar darah di luar haid atau sanggama keluar darah, itu artinya sudah terkena kanker serviks,” terangnya.
Berdasarkan data dari Globocan 2022, kanker serviks merupakan jenis kanker keempat yang paling banyak dialami wanita secara global dengan persentase 6,9 persen.
Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan kedua dengan persentase 17,8 persen.
Baca juga: Apa yang Dirasakan Penderita Kanker Serviks?
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, jumlah kematian akibat kanker serviks mencapai 311.000 wanita pada 2018.
Artinya, saat itu setiap dua menit ada satu wanita yang meninggal akibat kanker serviks.
Oleh karena itu, Wini mendorong setiap wanita untuk melakukan skrining secara rutin untuk mendeteksi virus HPV sejak dini.
Saat ini, tes HPV DNA sudah dapat dilakukan secara mandiri, sebuah inovasi yang kini diperkenalkan oleh RS Kanker Dharmais bekerjasama dengan Pusat Kanker Amerika.
“Tes mandiri ini memiliki sensitivitas hingga 90 persen. Jika hasilnya negatif, artinya tidak ada infeksi virus dan skrining dapat diulang setiap 10 tahun sekali,” jelasnya.
Ia berharap pilot project skrining HPV mandiri ini dapat meningkatkan cakupannya, mengingat rasa malu masih menjadi hambatan bagi sebagian wanita, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Baca juga: 6 Cara Mengobati Kanker Serviks yang Penting Diketahui Para Wanita
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.