KOMPAS.com - Kanker merupakan penyakit yang belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Tak heran jika rata-rata penderita kanker merasa kecolongan karena penyakit itu tiba-tiba muncul dan mengganggu.
"Padahal kanker itu tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada keadaan pra sakit yang tanpa kita sadari sedang terjadi. Pada saat itu kita mungkin merasa kelelahan atau tidak fit. Gejala ini sering tidak dianggap serius dan dikira sedang tak enak badan karena perubahan cuaca," ujar Dr Paulus W. Halim, praktisi radiaestesi medik dan pengobatan integratif yang sehari-hari membantu penyambuhan pasien kanker itu.
Agar dapat menang melawan kanker, pengobatan kuratif saja tidak cukup. "Pengobatan kanker perlu pendekatan promotif dan preventif. Pengobatan kuratif merupakan kegagalan pengobatan promotif dan preventif. Biayanya besar dan kemungkinan sembuhnya lebih kecil," paparnya.
Menurut Paulus, semua orang punya sel kanker. "Gen di dalam tubuh kita bermutasi. Tetapi mutasi itu dapat diatasi bila sistem kekebalan tubuh kita bekerja dengan benar. Kunci menghadapi kanker adalah imunitas yang membuat tubuh kita mampu melawan kanker," tegasnya.
Kekebalan tubuh ini dapat menurun karena berbagai hal, seperti faktor emosi, daya tahan tubuh, gaya hidup yang kurang gerak, senang mengonsumsi makanan tak sehat, atau terlalu gila bekerja. "Kebanyakan pasien kanker yang saya temui punya masalah emosi," katanya.
Saat terkena kanker, pasien sebaiknya tetap menjalankan pengobatan medis yang sudah dijadwalkan untuknya. "Pengobatan kedokteran barat ini memang rinci dan terstruktur tetapi punya kelamahan ada efek samping pengobatannya. Pengobatan medis barat ini sebaiknya dibantu terapi komplementer agar hasilnya maksimal," tuturnya.
Penanganan holistik ini memandang manusia seutuhnya dan memperhatikan bagaimana ia makan dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Chikung, prana, reiki, akupuntur, jamu herbal, yoga merupakan contoh terapi komplementer yang bagus untuk melengkapi penyembuhan terapi kedokteran barat.
"Penanganan holistik itu bukan hanya minum jamu untuk meningkatkan kekebalan tubuh tetapi juga memperbaiki pikiran dan gaya hidup," ujar Paulus.