Dokter spesialis saraf Mursyid Bustami mengatakan, setiap obat pasti memiliki sisi positif dan negatif. Untuk obat statin, sejauh ini belum ada bukti munculnya efek buruk bagi otak.
Mursyid mengatakan, penelitian yang menyebut statin berefek menurunkan fungsi kognitif hingga memory loss atau pasien menjadi pelupa hanya terjadi pada satu atau beberapa orang.
Hasil penelitian tersebut belum dapat menunjukkan kesimpulan kaitan statin dengan efek buruk tersebut. "Manfaat statin jauh lebih baik dibanding efek samping yang kita takutkan," kata Mursyid dalam acara Pfizer Press Circle di Jakarta, Selasa (1/3/2016).
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional ini mengungkapkan, berdasarkan penelitian, statin sangat efektif menurunkan kadar kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) dalam darah. Secara tidak langsung, pemberian statin pun menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
"Penelitian membuktikan, pemberian statin pada pasien diabetes bisa menurunkan kejadian kardiovaskular mayor, seperti stroke dan jantung sebesar 37 persen," kata Mursyid.
Dokter spesialis saraf, Rocksy Fransisca, menambahkan, konsumsi statin juga efektif mencegah serangan stroke berulang. Bahkan, hasil penelitian lain menunjukkan, pemberian statin jangka panjang justru mencegah munculnya demensia atau penyakit pikun.
Rocksy menjelaskan, demensia alzheimer disebabkan oleh adanya plak amiloid di otak. Dalam penelitian, ternyata menurunnya kadar kolesterol jahat dapat mengurangi plak-plak amiloid tersebut.
"Penurunan LDL di bawah 100 juga menurunkan penumpukan plak amiloid di otak. Jadi, dengan kadar kolesterol yang terkendali, risiko demensia malah lebih kecil," ujar Rocksy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.