KOMPAS.com - Kematian mendadak akibat jantung merupakan hal yang sangat mengejutkan, terutama karena kejadiannya mendadak dan tidak ada gejala awal. Apalagi, kematian ini sering terjadi pada orang yang terlihat aktif berolahraga.
Kematian mendadak akibat jantung terjadi saat jantung tiba-tiba kehilangan kemampuannya untuk bekerja. Kondisi menjadi penyebab nomer satu kematian di AS dengan angka kematian mencapai 450.000 pertahun.
Menurut para ahli dari Mayo Clinic, kebanyakan kasus kematian mendadak terjadi pada orang yang memiliki penyakit jantung koroner. Tetapi, penelitian menyebut bahwa tak sedikit orang yang mengalami kematian mendadak tidak punya gejala penyakit jantung.
"Kematian mendadak akibat jantung sulit dipelajari karena kebanyakan pasien tak punya riawat gangguan jantung dan tidak dimonitor pada saat kematiannya," kata Dr.Donald Lloyd Jones, ketua pencegahan penyakit dari Northwestern University Feinberg School of Medicine.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang berusia kurang dari 70 tahun dan berjenis kelamin pria. Sekitar 1 dari 9 pria beresiko mengalami kematian mendadak, sementara pada wanita hanya 1 dari 30.
Dalam data Framingham Heart Study, pengumpulan data jangka panjang terhadap 5.200 pria dan wanita berusia 28-62 tahun, diketahui tak satupun partisipan studi yang pada awal dimulainya studi memiliki masalah jantung.
Penelitian sebelumnya mengungkap, beberapa pasien memiliki gejala awal sebelum terjadinya kematian mendadak. Misalnya saja kehilangan kesadaran, nyeri dada, atau sulit bernapas, yang terjadi sekitar 4 minggu sebelum serangan jantung atau kematian. Tapi, gejala itu diabaikan karena membaik dengan sendirinya.
Tekanan darah tinggi atau kombinasi dengan faktor risiko penyakit jantung seperti merokok atau diabetes, juga meningkatkan risikonya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.