Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protein Nabati Minimalkan Efek Buruk Kebiasaan Tak Sehat

Kompas.com - 02/08/2016, 20:51 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber Fox News

KOMPAS.com - Orang yang makan lebih banyak protein dari tumbuhan dan mengurangi asupan protein dari hewan dapat hidup lebih lama, bahkan ketika mereka melakukan kebiasaan yang tidak sehat seperti minum alkohol atau merokok, ungkap sebuah studi besar di AS.

Temuan menunjukkan bahwa ketika berbicara tentang manfaat protein, dari mana protein tersebut berasal ternyata sama pentingnya dengan berapa banyak protein yang diasup, kata penulis utama studi Dr Mingyang Song, seorang peneliti di Universitas Harvard dan Massachusetts General Hospital di Boston.

"Tanaman merupakan sumber protein yang lebih baik ketimbang hewani," kata Song melalui email.

"Jika orang harus memilih antara produk-produk hewani, cobalah untuk menghindari olahan daging merah dan memilih ikan atau ayam sebagai gantinya," tambah Song.

Song dan rekan peneliti melibatkan lebih dari 130.000 perawat dan profesional kesehatan dalam sebuah penelitian selama beberapa dekade.

Setengah dari peserta mendapatkan 14 persen kalori dari protein hewani dan setidaknya 4 persen dari protein nabati. Pada awal penelitian, rata-rata peserta berusia 49 tahun dan kebanyakan adalah perempuan.

Pada akhir penelitian, sekitar 36.000 orang meninggal, sekitar 8.850 orang mengalami penyakit kardiovaskular, dan sekitar 13.000 didiagnosa kanker.

Setelah memerhitungkan faktor-faktor gaya hidup seperti merokok, minum, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, setiap kenaikan 3 persen asupan kalori dari protein tumbuhan dikaitkan dengan berkurangnya risiko kematian sebesar 10 persen selama periode penelitian.

Sebaliknya, setiap kenaikan 10 persen asupan kalori dari protein hewani dikaitkan dengan risiko 2 persen lebih tinggi dari kematian akibat penyakit apapun dan 8 persen peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler selama periode penelitian.

Hubungan antara protein hewani dan risiko kematian berlaku pada semua responden, namun lebih kuat bagi orang-orang yang mengonsumsi alkohol setiap hari dan obesitas, peneliti melaporkan dalam jurnal JAMA Internal Medicine.

"Individu yang obesitas, serta individu dengan pilihan gaya hidup yang tidak sehat lebih mungkin untuk memiliki gangguan metabolisme atau gangguan inflamasi yang dapat meningkatkan akibat efek samping dari asupan protein hewani yang tinggi," kata Dr. Pagona Lagiou, seorang peneliti nutrisi di University of Athens yang tidak terlibat dalam penelitian.

Walau begitu, Karena penelitian ini bersifat observasional, sehingga tidak dapat membuktikan bahwa jenis protein tertentu akan langsung mempengaruhi berapa lama mereka dapat hidup, para penulis mencatat.

Risiko nyata kematian dari protein hewani juga muncul juga terkait dengan daging olahan, kata Dr Dariush Mozaffarian, dekan Tufts Friedman School of Nutrition Science and Policy di Boston.

"Berdasarkan banyak bukti, penting untuk makan berbagai varian makanan sehat nabati, seperti buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran non-tepung," tambah Mozaffarian.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau