JAKARTA, KOMPAS — Pengidap penyakit otoimun sebaiknya tak terlalu bergantung pada obat. Itu karena penyakit tersebut bisa dikendalikan jika pengidap menerapkan pola hidup tepat, termasuk pola makan sehat untuk mengurangi dosis obat.
Hal itu terungkap dalam Kampanye Otoimun Indonesia yang diprakarsai Marisza Cardoba Foundation, Yayasan Myasthenia Gravis Indonesia, dan Komunitas Organik Indonesia, di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Minggu (16/10). Sekitar 800 pengidap penyakit otoimun menghadiri acara itu.
Penyakit otoimun adalah kondisi abnormal pada sistem kekebalan tubuh, di mana kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Ada lebih dari 150 jenis penyakit otoimun, antara lain lupus, artritis rematoid atau rematik, dan diabetes melitus tipe 1. Sekitar 80 persen pengidap penyakit otoimun adalah perempuan dan anak-anak.
Salah satu penderita penyakit otoimun yang bergantung pada obat adalah Sarah (27), warga Pondok Aren, Tangerang Selatan. Ia terkena artritis rematoid kronis pada 1997 di usia 8 tahun dan sindrom antibodi antifosfolipid (APS/gangguan sistem pembekuan darah) pada 2012.
Dalam sehari, Sarah harus minum 4 jenis obat, yakni obat penekan antibodi tubuh, obat pengencer darah, obat tulang, serta obat yang mengandung steroid.
Sejak usia 8 tahun, ia minum obat yang mengandung steroid. Padahal, efek samping konsumsi steroid jangka panjang adalah tulang keropos atau osteoporosis. Pada 2010, ia menderita osteoporosis. Dua tahun kemudian, ia kena APS sehingga berhenti kuliah dari Universitas Budi Luhur, Jakarta. "Kalau berhenti minum (steroid), kondisi saya drop. Kalau tetap minum, tulang makin keropos," ujarnya.
Pola makan sehat
Ahmad Yanuar, dokter spesialis penyakit saraf dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) Jakarta, menjelaskan, obat harus tetap diberikan pada pengidap penyakit otoimun. "Upaya penyembuhan tak seratus persen dengan obat saja, tapi harus diiringi pola hidup sehat," ujarnya.
Dengan menerapkan pola makan sehat, hal itu diharapkan membantu mengurangi dosis obat yang perlu diminum penderita. Efek samping yang diakibatkan penggunaan jangka panjang pun bisa berkurang.
Sementara itu, Susan Hartono, Holistic Nutrition & Self Healing Coach dari Self Awareness Network, mengemukakan, pengidap penyakit otoimun sebaiknya tidak mengonsumsi produk yang mengandung gluten, seperti gandum, roti, biskuit, dan pasta. Selain itu, produk susu harus dihindari.
"Gluten dan produk susu memperberat sistem kerja pencernaan sehingga menyebabkan inflamasi atau peradangan pada tubuh," ujarnya.
Selain itu, pengidap penyakit otoimun diimbau meningkatkan asupan sayur organik. Itu perlu diimbangi dengan asupan protein yang cukup. Protein bisa diperoleh dari kacang-kacangan dan biji-bijian.
Selain mengadopsi pola makan sehat, menurut Ahmad, pengidap penyakit otoimun harus berolahraga, mengendalikan stres, bersosialisasi di berbagai komunitas, dan bekerja dengan menjaga stamina tubuh. (C04)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Oktober 2016, di halaman 14 dengan judul "Pola Makan Sehat Bantu Tekan Dosis Obat".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.