KOMPAS.com - Selama ini, hampir semua kanker serviks bermula dari infeksi panjang human papillomavirus (HPV). Sebuah studi terbaru yang dimuat dalam jurnal Oncotarget menemukan bahwa ada beberapa tumor yang mengandung DNA HPV, namun HPVnya tidak aktif.
Dengan kata lain, kanker atau tumor dipicu oleh HPV, tetapi HPV bukan penyebab langsung perkembangan kanker ini.
Dalam kasus di atas, cara gen tumor menunjukkan diri berbeda dari kasus di mana HPV menjadi aktif.
Perbedaan ini, akhirnya menyebabkan perbedaan jalur terapi, karena subtipe kanker serviks yang baru ditemukan ini tidak memiliki kerentanan yang sama seperti kanker serviks lainnya.
Menurut penelitian, kanker serviks dengan HPV-aktif menyumbang sekitar delapan persen dari kasus tumor dengan DNA virus dan lebih banyak terjadi pada wanita usia senior.
National Cancer Institute mengatakan, kanker serviks dapat memengaruhi jalur sistem reproduksi wanita. Tanda-tanda kanker serviks antara lain adalah perdarahan abnormal, kembung dan tekanan atau nyeri di daerah panggul atau punggung bawah.
Menurut U.S. Department of Health & Human Services, kanker serviks lebih mungkin untuk disembuhkan jika terdeteksi sejak dini.
Para peneliti berharap temuan mereka dapat memberikan arah pengobatan yang lebih baik dan lebih personal.
"Saat ini, pasien kanker serviks diperlakukan sebagai kelompok yang seragam dengan kemoterapi dan radiasi standar. Namun sebenarnya, sepertiga dari pasien tidak terbantu oleh terapi standar, "kata peneliti Carolyn Banister.
"Wanita-wanita ini mungkin mendapat manfaat lebih dari pengobatan alternatif yang tidak biasanya diberikan kepada pasien kanker serviks."
Banister juga mengatakan, bahwa dokter harus menguji pasien kanker serviks untuk melihat apakah HPV di dalam tubuh pasien, aktif atau tidak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.