KOMPAS.com - Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) kini menjadi pilihan banyak pasangan dengan infertilitas. Pasangan suami istri dikatakan mengalami infertilitas atau tidak subur jika selama satu tahun setelah menikah belum juga hamil meski telah rutin berhubungan seksual tanpa kontrasepsi.
Banyak pasangan tertarik melakukan program bayi tabung karena, selain biayanya kini lebih terjangkau, program ini juga meningkatkan peluang kehamilan hingga 40 persen pada usia 35 tahun ke bawah.
Meski demikian, harus diakui bahwa tak semua program bayi tabung berjalan sukses, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kegagalan bayi tabung.
Menurut Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG (K), konsultan fertility FKUI-RSCM yang juga anggota tim IA-RC (Reproductive Clinic) dan IA-IVF (In Vitro Fertilization) Daya Medika, kegagalan bayi tabung bisa disebabkan karena tiga faktor:
1. Kualitas embrio
“Bisa jadi kualitas embrio terlihat baik, menjadi 8 sel, 10 sel, bahkan menjadi morula dan blastokista. Tapi, ternayata di dalamnya ada kromosom yang enggak normal. Meski bisa menempel pada rahim. Tapi janin tidak akan berkembang, sehingga akan terjadi keguguran,” jelas dokter yang akrab disapa Iko ini.
2. Kondisi dinding rahim
“Kondisi dinding rahim juga memengaruhi. Bagaimana ketebalan dinding rahimnya, bagaimana bentuk dinding rahimnya,” jelas dokter Iko.
3. Kesulitan transfer embrio
“Pada kasus tertentu memang bisa terjadi kesulitan saat transfer embrio, ini bisa jadi karena kondisi rahim yang hiperflexi, retroflexi, ada miom besar, ada penyempitan pada mulut rahim, atau ada riwayat sectio caesarean sebelumnya,” ujarnya.
Jika terjadi kegagalan, program bayi tabung bisa diulang dengan menggunakan frozen embrio atau embrio yang sudah dibekukan. Sehingga, calon ibu tak perlu menjalankan tahapan proses bayi tabung dari awal.
Ini karena pada saat program bayi tabung sebelumnya, sel telur yang dipetik tidak hanya satu, tetapi semua sel telur yang sudah matang dan siap dibuahi. Sehingga, bisa dihasilkan beberapa embrio.
Meski yang ditanam ke dalam rahim hanya satu atau dua embrio, sisa embrio lainnya bisa dibekukan dan disipan untuk rencana kehamilan berikutnya.
“Yang menarik adalah proses transfer frozen embrio justru angka keberhasilannya lebih tinggi. Karena pada proses transfer frozen embrio tidak dilakukan penyuntikan hormon dan tentu kondisinya menjadi lebih alami,” jelas dokter Iko.
Dokter Iko menjelaskan, tak ada persiapan khusus sebelum dan sesudah melakukan program bayi tabung. “Yang harus dijaga adalah, calon ibu harus rileks dan tidak boleh stres,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.