KOMPAS.com - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek juga berpotensi menyebabkan hipotermia.
Hipotermia disebabkan oleh paparan suhu dingin yang terlalu lama dan kerap dialami oleh lansia serta anak-anak. Saat terkena suhu dingin, tubuh mulai kehilangan panas lebih cepat dari yang dihasilkannya.
Paparan suhu dingin yang terlalu lama pada akhirnya menyebabkan energi di dalam tubuh terkuras sehingga suhu tubuh lebih rendah.
Suhu tubuh yang terlalu rendah memengaruhi otak, membuat korban tidak mampu berpikir jernih atau bergerak dengan baik.
Oleh karena itu, penderita hipotermia harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Gejala hipotermia
Melansir Hello Sehat, berikut gejala yang dialami seseorang saat menderita hipotermia:
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk mencegah dan mengatasi hipotermia?
Pencegahan
Melakukan langkah pencegahan adalah cara terbaik untuk melindungi diri dan keluarga kita dari risiko hipotermia saat banjir melanda. Berikut langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir risiko hipotermia:
Penanganan darurat
Hipotermia adalah kondisi darurat yang perlu penanganan tepat. Jika melihat seseorang dengan gejala tersebut, cobalah periksa suhu tubuhnya.
Suhu tubuh di bawah 35 derajat celcius menandakan seseorang positif menderita hipotermia dan harus segera mendapatkan penanganan.
Saat bantuan medis terlalu lama, cobalah untuk melakukan tindakan darurat berikut:
Penderita hipotermia berat bisa saja mengalami pinsang dan tidak memiliki denyut nadi atau bernafas. Dalam hal ini, tangani penderita dengan perlahan dan segera dapatkan bantuan darurat.
Selain itu, berikan CPR atau nafas buatan sampai penderita merespons atau bantuan medis tersedia.
Tetap hangatkan penderita saat melakukan CPR. Dalam beberapa kasus, korban hipotermia yang terlihat tak lagi bernyawa dapat berhasil diresusitasi.
https://health.kompas.com/read/2020/01/02/170000968/banjir-jabodetabek-waspadai-risiko-hipotermia-pada-anak-dan-lansia