KOMPAS.com – Banyak orang Indonesia menganggap tidur di lantai bisa menyebabkan penyakit paru-paru basah.
Pandangan itu kiranya bisa dengan mudah ditemui ketika ada orangtua sedang memperingatkan anak mereka untuk tidak terus malas-malasan di lantai atau memilih tidur di lantai.
Padahal dari sudut pandang medis, anggapan tersebut jelas kurang benar.
dr. Dien Kalbu Ady dari RS PKU Muhammadiyah Surakarta, menerangkan penyakit paru-paru basah paling sering disebabkan oleh proses infeksi di paru-paru, misalnya tuberkulosis (TB) paru.
"Penyakit paru-paru basah bisa terjadi bukan karena tidur di lantai atau tidak pakai jaket," terang Dien saat wawancara Kompas.com, Minggu (26/1/2020).
Penyebab paru-paru basah
Dien menerangkan paru-paru basah atau efusi pleura adalah kondisi di mana terjadi penumpukan cairan di antara dua lapisan pleura.
Pleura sendiri adalah membran yang memisahkan paru-paru dengan dinding dada bagian dalam.
Cairan yang diproduksi pleura sebenarnya berfungsi sebagai pelumas untuk membantu kelancaran pergerakan paru-paru ketika bernapas.
Namun ketika cairan itu berlebihan dan menumpuk, maka bisa menimbulkan gejala-gejala tertentu.
Selain TB, menurut Dien, paru-paru basah juga bisa terjadi karena efek dari penyakit ginjal dan gangguan pada fungsi jantung.
Gejala paru-paru basah
Dien menerangkan apabila penumpukan cairan di paru-paru masih tergolong ringan, biasanya penderita tidak akan merasakan gejala apa pun.
Gejala kerap kali terasa jika efusi pleura sudah memasuki level menengah hingga parah atau terjadi peradangan.
Berikut beberapa gejala yang mungkin muncul ketika seseorang menderita paru-paru basah:
Ketika ditanya soal bahaya kesehatan tidur di lantai, Dien menjawab kemungkinan hanya akan meimbulkan sejumlah penyakit ringan, seperti batuk pilek.
https://health.kompas.com/read/2020/01/27/120200168/mitos-atau-fakta-tidur-di-lantai-sebabkan-paru-paru-basah-