Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Cara Atasi "Toxic Parents" Agar Tak Jadi Lingkaran Setan

KOMPAS.com - Tak sedikit orangtua "toxic" yang justru memberi dampak buruk pada pola pikir dan perkembangan sang anak.

Seringkali, anak justru tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri, penakut, atau menjadi pribadi yang toxic bagi pasangan dan anak-anak mereka nantinya.

Menurut Anna Surti Ariani, psikolog anak dan keluarga, efek toxic parents bisa bertahan hingga sang anak berusia dewasa.

"Efek toxic parents ini bisa menjadi lingkaran setan jika tidak segera ditangani. Mereka yang dibesarkan oleh toxic parents bisa mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh pada kehidupannya kelak," ucap Anna.

Anna menuruturkan, anak korban toxic parents bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, terlalu cemas dengan orang lain, sulit mengambil keputusan bahkan mengalami depresi.

"Cukup banyak anak korban toxic parents yang mengalami depresi hingga usia dewasa," tambah Anna.

Lalu, apa yang harus kita lakukan saat menghadapi orangtua "toxic"?

Menghadapi orangtua "toxic" memang bukan hal mudah. Namun, bukan berarti kita tidak bisa melakukannya. Berikut trik untuk menghadapi orangtua "toxic":

1. Sadari batasan antara orangtua dan anak

Menurut Anna,setiap orang dewasa harus menyadari bahwa kedekatan antara orangtua dan anak harus terjalin dengan batasan tertentu.

"Orangtua dan anak memang harus dekat tetapi ada batasannya. Jangan sampai ada orang lain yang terlalu menguasai diri kita," ucapnya.

Kita harus menyadari orangtua dan anak adalah individu terpisah. Jadi, orangtua tidak selalu bisa harus mengatur sang anak, terutama jika anak sudah beranjak dewasa.

"Untuk anak yang masih berusia remaja memang sangat sulit. Tapi, mereka yang sudah dewasa harus menyadari bahwa jika dirinya adalah individu terpisah dari orangtuanya," ucap Anna.

2. Jangan takut berkata "tidak"

Setiap anak yang sudah beranjak dewasa seharusnya bijak dalam bersikap. Mereka harus bisa berkata "tidak" dan memilah mana yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukannya.

"Kita harus memilih yang mana yang bisa dilakukan untuk menyenangkan hati orangtua dan mana yang tidak perlu," ujar Anna.

3. Terima orangtua apa adanya

Meski memiliki orangtua yang "toxic", kita tidak harus selalu berusaha mengubah mereka. Berusaha mengubah orangtua yang "toxic" hanya akan membuat kita merasa lelah secara fisik dan emosional.

"Dengan kata lain, kita harus berdamai dengan keadaan. Memang ini tidak mudah dan butuh proses," tambah Anna.

4. Memilah-milah apa yang harus diceritakan kepada orangtua

Tidak semua hal yang kita dapatkan atau kita alami harus diceritakan kepada orangtua, khususnya mengenai finansial.

"Kita harus berhati-hati pada apa yang akan kita ceritakan kepada orangtua, khususnya masalah finansial yang sengat sensitif," ucap Anna.

Anna bercerita bahwa ada beberapa korban toxic parents yang mengalami masalah finansial karena orangtuanya.

"Misalnya,nih, si anak baru dapat bonus dan orangtuanya tahu tentangt hal itu. Uang anak tersebut langsung habis buat orang tuanya," ungkap Anna.

Menurut Anna, tidak ada salahnya kita memberikan penghasilan kita untuk orangtua. Namun, bukan berarti kita memberikannya secara penuh karena kita juga berhak menikmati jerih payah kita.

Untuk mengatasi hal itu, kita harus memilih sumber pendapatan apa saja yang akan kita beritahu kepada orangtua.

5. Mencari sistem pendukung

Adanya sistem pendukung juga penting untuk meminimalisir efek toxic parents. Oleh karena itu, Anna menyarankan kita agar mencari teman atau sahabat yang bisa memahami keadaan kita.

"Kalau kita benar-benar sedang tertekan karena perilaku orangtua, kita bisa bercerita ke mereka agar terasa lebih lega," ujar Anna.

https://health.kompas.com/read/2020/03/01/090500368/5-cara-atasi-toxic-parents-agar-tak-jadi-lingkaran-setan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke