Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Infeksi Virus Corona Bisa Picu Stroke pada Kalangan Muda?

Selain paru-paru, organ lain yang rentan diserang virus corona adalah ginjal, jantung, dan otak.

Namun, belakangan sejumlah negara melaporkan kasus Covid-19 yang menyerang pembuluh darah penderitanya.

Dampak infeksi virus corona tersebut bisa menyebabkan stroke, penggumpalan darah, sampai pendarahan berat.

Virus corona sasar pembuluh darah besar

Dilaporkan Forbes (27/4/2020), dari temuan sejumlah kasus Covid-19 pada orang dewasa muda di AS, virus corona tidak menyasar semua pembuluh darah.

Virus corona hanya mengincar pembuluh darah berukuran besar yang berperan vital di otak.

Beberapa pembuluh darah tersebut berguna untuk mengendalikan pergerakan anggota tubuh, berpikir, bahkan bernapas.

Padahal, ketika penyumbatan pembuluh darah di otak terjadi dalam skala besar (dalam medis disebut oklusi pembuluh besar), dampaknya bisa mengubah hidup seseorang karena bersifat permanen.

Sebagai informasi, stroke yang menyasar pembuluh darah besar di otak tak lazim menyerang orang di bawah usia 50 tahun. Rata-rata, penyakit ini diidap pasien berumur 74 tahun. 

Menurut laporan, pasien Covid-19 tersebut stroke lebih dari dua minggu. Semua pasien berusia di bawah 50 tahun. Yakni 33 tahun, 37 tahun, 39 tahun, 44 tahun, dan 49 tahun.

Dari lima pasien itu, satu pasien meninggal dunia, satu pasien masih dirawat di RS, satu pasien sembuh dan menjalani rawat jalan di rumah, dan dua pasien masih menjalani rehabilitasi medis.

Hal yang perlu diketahui, kelima pasien Covid-19 tersebut hanya memiliki gejala ringan infeksi virus corona atau masuk kategori orang tanpa gejala (OTG).

Riset yang dijalankan ahli bedah saraf Dr. Thomas Oxley tersebut menggarisbawahi, dampak virus corona yang cenderung menyasar pembuluh darah besar.

"Virus corona tanpaknya cenderung menyumbat pembuluh darah (arteri) besar, sehingga menyebabkan stroke berat," jelas Oxley, seperti dilansir Washington Post.

Menurut Oxley, stroke berat pada pasien infeksi corona kemungkinan dipicu peradangan pada dinding pembuluh darah.

Kondisi tersebut menyebabkan terbentuknya gumpalan darah biang stroke.

Oxley menjabarkan, gejala pasien Covid-19 berusia 33 tahun yang ia tangani sebelumnya dalam kondisi sehat.

Wanita tersebut cuma mengeluh batuk dan sakit kepala selama satu minggu.

Selang 28 jam, pasien tersebut mulai merasakan omongannya tidak jelas, mati rasa, dan sisi kiri tubuhnya melemah serta lunglai.

Pengalaman sejenis dialami pasien berusia 44 tahun. Dia sekilas tidak menunjukkan gejala khas Covid-19 seperti demam tinggi, sesak napas, dan batuk kering.

Dia juga tidak sedang minum obat serta tidak memiliki riwayat penyakit kronis. 

Pasien tersebut bahkan merasa baik-baik saja karena hanya tinggal di rumah selama pandemi virus corona.

Tak lama berselang, tiba-tiba dia merasa kesulitan bicara dan menggerakkan sisi kanan tubuhnya. Dari hasil pemindaian otak, terdapat penyumbatan darah di sisi kiri kepalanya. 

Di negara setempat terdapat 184 pasien Covid-19 dalam kondisi kritis dan pneumonia yang mengalami komplikasi penggumpalan darah (trombotik).

Menurut laporan, sebanyak 31 persen pasien komplikasi trombotik tersebut mengalami penyumbatan pembuluh darah akibat penggumpalan darah (emboli) di paru, vena bagian dalam, stroke, sampai serangan jantung.

Bintang Broadway Nick Cordera juga mengalami komplikasi trombotik akibat Covid-19.

Penyumbatan darah menyasar salah satu bagian kakinya. Akibatnya, jaringan organ tersebut rusak dan sebelah kakinya harus diamputasi.

"Yang menjadi penyebab utama stroke pada pasien Covid-19 muda adalah emboli di otak," jelas Andrew Rogove M.D., PhD, ahli stroke dari Southside Hospital Northwell Health AS.

Menurut Rogove, banyak pasien yang terinfeksi virus corona darahnya jadi mengental.

Kondisi tersebut rentan menyebabkan terbentuknya gumpalan darah biang stroke dll.

"Stroke yang dialami pasien Covid-19 muda ini memengaruhi pembuluh darah besar di otak. Dampaknya bisa gangguan motorik, sensorik, susah bicara, hilangnya penglihatan, dan gangguan keseimbangan," kata Rogove.

Sejumlah pasien yang mengalami gejala stroke seperti lemah atau lunglai, kesulitan bicara, pusing, atau mati rasa enggan segera berobat ke rumah sakit.

Mereka takut berisiko tertular virus corona apabila harus dirawat di rumah sakit.

Akan tetapi, pilihan tersebut punya imbas, penanganan stroke jadi terlambat.

Keterlambatan untuk mencari perawatan stroke bisa berbahaya.

Risikonya pasien bisa mengalami kelumpuhan, kehilangan kemampuan berpikir atau berbicara, sampai meninggal dunia.

Dari kasus yang ditangani Dr. Thomas Oxley, dua dari lima pasien Covid-19 dengan komplikasi stroke terlambat mendapatkan bantuan medis.

Padahal, pasien stroke pada pembuluh darah besar umumnya bisa diselamatkan apabila gumpalan darah atau pembekuan darah segera ditangani dalam rentang waktu enam jam sampai 24 jam setelah serangan.

https://health.kompas.com/read/2020/04/29/043400668/bagaimana-infeksi-virus-corona-bisa-picu-stroke-pada-kalangan-muda

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke