KOMPAS.com – Opor dan rendang adalah menu masakan yang kerap disajikan saat Lebaran.
Kedua makanan ini memang sangat ikonik dan menjadi hidangan wajib ketika Idulfitri tiba.
Saat Lebaran, opor dan rendang ini biasanya dibuat dalam jumlah besar untuk bisa disantap bersama keluarga besar.
Tapi sayang, hidangan opor dan rendang tersebut terkadang tidak langsung habis, kemudian dijadikan lauk dalam beberapa hari ke depan.
Ketika hendak disajikan, kedua makanan ini pun biasanya lebih dulu dipanaskan di atas api dengan maksud membuatnya kembali nikmat.
Proses pemanasan bahkan bisa dilakukan beberapa kali atau secara berulang-ulang menyesuaikan dengan kondisi maupun ketersediaan opor dan rendang itu.
Proses pemanasan kerap kali baru akan dihentikan apabila kedua makanan itu basi atau mau habis. Padahal hal tersebut tidak baik untuk kesehatan.
Bahaya memanaskan makanan santan
Ahli Gizi RS Indriati Solo Baru, Rista Yulianti Mataputun, S.Gz., menjelaskan alasannya. Menurut dia, opor dan rendang termasuk makanan yang dibuat dari campuran santan.
Hal inilah yang membuat opor dan rendang tak dianjurkan untuk dipanaskan berkali-kali.
Dia menerangkan, santan sebenarnya masuk dalam kategori lemak baik. Santan kelapa mengandung asam lemak dan triliserida yang mudah dibakar oleh tubuh.
Namun, jika dipanaskan atau dihangatan, berulang kali, lemak pada santan tersebut sayangnya bisa berubah menjadi lemak jenuh.
Lemak jenis ini diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) di dalam tubuh, sehingga meningkatka pula risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah hingga penyakit jantung.
“Jika masakan yang mengandung santan ini dipanaskan berkali-kali, akan menimbulkan lapisan minyak. Inilah yang menyebabkan masakan tersebut menjadi berbahaya,” jelas Rista saat diwawancara Kompas.com, Selasa (19/5/2020).
Selain itu, dia menganjurkan, memasak makanan yang mengandung santan sebaiknya jangan terlalu lama.
Sama halnya dengan memasak berulang kali, memasak santan terlalu lama bisa juga menjadikan santan tersebut menjadi sumber lemak jenuh.
“Santan sebaiknya dimasukkan terakhir (ke panci atau wajan) atau yang terpenting jangan dibiarkan terlalu lama di panas,” jelas dia.
Rista memaklumi banyak orang pernah memanaskan opor dan rendang, terutama saat Lebaran tiba. Hal itu dilakukan untuk mencegah tindakan mubazir karena membuang makanan.
Dia pun berpendapat, dalam sebulan, boleh saja memakan opor atau rendang yang dipanaskan maksimal sebanyak 3 kali. Namun, konsumsi makanan tersebut sebaiknya tetap dibarengi dengan makanan kaya nutrisi seperti buah dan sayur.
“Saya rasa banyak orang pernah mengalaminya (makan opor dan rendang yang dipanaskan beberapa kali). Ini masih boleh tapi frekuensinya dijaga sekitar 2-3 kali per bulan saja. Namun, jelas akan lebih baik jika masakan bersantan tak dipanaskan,” jelas dia.
https://health.kompas.com/read/2020/05/20/040000168/waspadai-efek-buruk-makan-opor-dan-rendang-yang-dipanaskan-berulang-kali