Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Mitos Soal Hipertensi yang Perlu Diwaspadai

KOMPAS.com – Orang dewasa dengan kondisi tubuh sehat yang memiliki tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg dapat didiagnosis mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Angka 120 tersebut menunjukkan tingkat tekanan ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh atau biasa disebut tekanan sistolik.

Sedangkan, angka 80 berarti tekanan saat jantung beristirahat sejenak sebelum memompa lagi atau kerap disebut tekanan diastolik.

Jika tidak terkontrol, hipertensi ini diketahui bisa menyebabkan terjadinya komplikasi serius.

Melansir laman Direktorat Jenderal (Ditjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, semakin tinggi tekanan darah, kian tinggi risiko kerusakan pada jantung dan pembuluh darah pada organ besar, seperti otak dan ginjal.

Orang yang mengalami hipertensi pun bisa mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti:

  • Penyakit jantung
  • Stroke
  • Penyakit ginjal
  • Retinopati atau kerusakan retina
  • Penyakit pembuluh darah tepi
  • Gangguan saraf
  • Gangguan serebral atau otak

Maka dari itu, penting kiranya bagi siapa saja memahami dengan benar mengenai persoalan hipertensi.

Mitos seputar hipertensi

Dalam bukunya Hipertensi Bukan untuk Ditakuti (2014), Ahli gizi Yunita Indah Prasetyaningrum, S.Gz, membeberakan sejumlah mitos tentang hipertensi yang patut diwaspadai.

Berikut ini klarifikasi dari beberapa mitos tentang hipertensi yang telah berkembang di masyarakat:

1. Penderita hipertensi tidak boleh mengonsumsi daging merah

Faktanya:

Penderita hipertensi masih boleh mengonsumsi daging merah, tapi memang harus dibatasi.

Daging merah biasanya diolah dengan diawetkan menggunakan garam, dibakar, atau dikalengkan.

Produk daging merah inilah yang sebaiknya dihindari oleh penderita tekanan darah tinggi.

Apabila penderita hipertensi ingin mengonsumsi satai daging misalnya, masih boleh dilakukan jika hanya 1-2 tusuk.

Selain itu, ketika ingin makan satai, sebaiknya konsumsi juga irisan bawang merah yang disediakan.

Bawang merah pasalnya baik untuk melancarkan darah dan dapat meluruhkan lemak yang mungkin ikut masuk bersama makanan yang dikonsumsi.

2. Konsumsi kopi dapat menyebabkan hipertensi

Faktanya:

Kandungan kafein di dalam kopi dan minuman lain, seperti teh dan minuman bersoda hanya akan meningkatkan tekanan darah dalam waktu sementara.

Tapi, jika Anda termasuk orang yang sensitive terhadap kafein sebaiknya menghindari konsumsi kopi untuk mencegah terjadinya hipertensi.

3. Sayur hijau adalah makanan penyebab kenaikan tekanan darah

Faktanya:

Anggapan ini hanya mitos. Sayuran hijau yang kaya akan magnesium dan kalium justru berguna bagi elektrolit di dalam tubuh.

Selain itu, sayuran hijau juga kaya akan serat dan fitonutrien yang sangat baik untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah.

Apabila ada beberapa penderita hipertensi yang mengalami kenaikan tekanan darah setelah mengonsumsi sayuran, bisa jadi kondisi itu disebabkan oleh kesalahan pada proses memasak atau pengolahan sayuran tersebut.

Sebut saja, adanya penambahan penyedap rasa masakan dalam jumlah berlebih pada masakan sayur.

4. Membatasi garam dapur sudah cukup untuk menurunkan hipertensi

Faktanya:

Menghindari konsumsi garam dapur dalam menu sehari-hari tidak menjamin penurunan tekanan darah tinggi.

Hal itu dikarenakan, ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi.

Sebut saja, perilaku hidup tidak sehat dan kurang beraktivitas. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk rutin berolahraga guna mencegah terkena masalah tekanan darah tinggi.

Terkait dengan konsumsi garam, makanan kalengan atau makanan olahan yang diawetkan pada kenyataannya bisa mengandung natrium yang lebih tinggi daripada garam dapur sehingga lebih mungkin menyebabkan hipertensi.

5. Hipertensi bukan suatu penyakit berbahaya

Faktanya:

Anggapan tersebut tentu salah. Kejadian hipertensi memang tidak memiliki gejala, tetapi di balik itu semua, hipertensi terbukti dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya.

Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah, kerusakan hati, kerusakan ginjal, dan organ lain pada tubuh.

Hipertensi juga bisa memicu timbulnya penyakit stroke dan penyakit jantung koroner sebagai penyebab utama kematian masyarakat.

6. Orang tua menderita hipertensi itu normal

Faktanya:

Tentu saja tidak demikian. Risiko kejadian hipertensi memang akan meningkat siring dengan pertambahan usia.

Tapi, orang tua atau masyarakat kelompok lanjut usia (lansia) sekali pun harus terkendali tekanan darahnya.

Adanya hipertensi pada usia lanjut akan meningkatkan terjadinya penyakit berbahaya penyebab kematian.

7. Anak pasti akan menderita hipertensi jika orangtua punya riwayat tekanan darah tinggi

Faktanya:

Anggapan tersebut tak sepenuhnya benar. Riwayat keluarga memang turut memicu terkjadinya hipertensi pada seseorang.

Tapi, faktor tersebut bukanlah faktor utama dan faktor tunggal penyebab hipertensi.

Siapa saja sebaiknya lebih memperhatikan faktor-faktor gaya hidup yang bisa menyebabkan hipertensi, seperti:

8. Suplemen kalium, kalsium, dan magnesium dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi

Faktanya:

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa makanan yang kaya akan kalium dapat menurunkan tekanan darah.

Namun, suplemen kalsium dan magnesium belum terbukti dapat mencegah terjadinya hipertensi.

Pastikan bahwa kecukupan kalium Anda lebih baik berasal dari makanan yang dikonsumsi atau bukan dari asupan suplemen.

9. Penderita hipertensi tidak boleh mengonsumsi masakan bersantan

Faktanya:

Masakan bersantan boleh saja disantap apabila dimasak dengan benar.

Tapi sayangnya, masakan bersantan khas Indonesia biasanya mengandung tinggi lemak dan kolesterol.

Selain itu, masakan bersantan juga kerap dihangatkan sehingga membuat kandungan lemak dalam santan berubah menjadi lemak trans atau lemak jenuh yang berbahaya bagi tubuh dan saluran pembuluh darah.

Kondisi inilah yang seringkali menyebabkan kenaikan tekanan darah.

10. Konsumsi minuman isotonik dan minuman berenergi menguntungkan bagi penderita hipertensi

Faktanya:

Minuman isotonik yang diklaim dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit di dalam tubuh ternyata perlu diwaspadai.

Pasalnya, beberapa produk minuman isotonik yang dijual di pasaran mengandung natrium dalam jumlah tinggi.

Maka dari itu, baca lebih dulu label minuman sebelum membeli atau mengonsumsinya.

Jika ingin mengonsumsi minuman isotonik, dianjurkan lebih baik memilih air isotonik alami, seperti air kelapa.

Sementara itu, minuman berenergi sebaiknya dihindari penderita hipertensi. Hal itu dikarenakan, minuman ini biasanya kaya akan gula bahkan gula buatan seperti aspartam.

https://health.kompas.com/read/2020/05/22/040000368/10-mitos-soal-hipertensi-yang-perlu-diwaspadai

Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke