KOMPAS.com - Bagi pria, kepuasan untuk urusan ranjang sering kali dikaitkan dengan masalah ereksi. Ini membuat impotensi menjadi salah satu masalah yang kerap bikin stres.
Impotensi sendiri adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan dan/ atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk melakukan hubungan seksual.
Kondisi ini juga dikenal dengan istilah disfungsi ereksi.
Masalah ereksi atau impotensi ini sangat umum terjadi pada pria berusia 40 tahun ke atas. Biasanya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kondisi ini.
Meski begitu, jika hal ini kerap terjadi lebih baik segera periksakan diri ke dokter.
Apalagi mengingat masalah ereksi yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan stres, mempengaruhi kepercayaan diri, dan bisa menyebabkan berbagai masalah pada hubungan Anda dengan pasangan.
Penyebab impotensi
Disfugsi ereksi bisa menjadi pertana ada gangguan emosional yang terjadi pada diri Anda.
Selain itu, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh berbagai hal lain dalam proses ereksi.
Untuk diketahui, ereksi sendiri adalah hasil peningkatan aliran darah ke penis. Aliran darah ini terjadi akibat adanya rangsangan pikiran atau kontak langsung dengan penis.
Ada banyak kemungkinan penyebab impotensi, bisa akibat gangguan emosional maupun fisik. Melansir dari Healthline, beberapa penyebab umum impotensi antara lain:
Impotensi dapat disebabkan satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut. Untuk itu, dalam pemeriksaan, sebaiknya Anda jujur mengenai rekam medis Anda sehingga kondisi ini dapat ditangani dengan baik.
Gejala impotensi
Beberapa gejala umum yang biasa terjadi pada gangguan ereksi di antaranya:
Selain gejala tersebut, beberapa kondisi berikut juga berkaitan erat dengan disfungsi ereksi.
'
Jika Anda memiliki gejala-gejala di atas selama tiga bulan atau lebih, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Cara mengetahui disfungsi ereksi
Untuk menentukan kondisi Anda, ada serangkaian pemeriksaan yang akan dilakukan oleh tim medis. Beberapa tes yang digunakan untuk mengetahui apakah Anda mengalami disfungsi ereksi di antaranya:
1. Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik umum seperti memeriksa jantung, paru-paru, dan tekana darah. Selain itu, tim medis juga akan memeriksa testis dan penis Anda.
Lebih lanjut, tim medis mungkin merekomendasikan pemeriksaan dubur untuk melihat kondisi prostat.
2. Pemeriksaaan psikososial
Dokter juga akan mengajukan beberapa pertanyaan pada Anda. Pada beberapa pemeriksaan Anda mungkin diminta untuk mengisi kuesioner tentang gejala, riwayat kesehatan, dan riwayat seksual.
Jawaban Anda diperlukan untuk mengevaluasi tingkat keparahan impotensi yang Anda alami.
3. Ultrasonografi
Anda mungkin juga diminta untuk melakukan tes tambahan seperti ultrasonografi. Hal ini berguna untuk memeriksa pembuluh darah penis.
Pemeriksaan ini akan menentukan apakah ada masalah dengan aliran darah ke penis.
4. Tes nocturnal penile tumescence (NPT)
Tes tambahan ini digunakan untuk mengevaluasi kualitas ereksi malam hari Anda.
5. Tes injeksi
Tes ini dilakukan dengan menyuntikan obat ke penis Anda untuk merangsang ereksi. Pada tes ini, dokter akan mengevaluasi ketahanan ereksi Anda.
6. Tes urine
Tes ini digunakan terutama untuk melihat apakah ada kondisi kesehatan tertentu yang menyebabkan impotensi seperti diabetes atau penyakit lainnya.
7. Tes darah
Sama seperti tes urine, tes ini juga dimaksudkan untuk melihat kondisi kesehatan Anda lebih jauh.
Komplikasi akibat impotensi
Meski tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius, tapi ada sejumlah gangguan yang dapat diakibatkan oleh disfungsi ereksi.
Melansir dari Mayo Clinic, berikut beberapa komplikasi impotensi yang bisa terjadi.
Cara mengatasi impotensi
Perawatan disfungsi bermacam-macam tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Anda juga mungkin perlu melakukan kombinasi perawatan. Lalu, apa saja perawatan disfungsi ereksi?
1. Obat-obatan
Dokter mungkin akan meresepkan sejumlah obat untuk menangani gejala disfungsi ereksi. Beberapa obat yang diresepkan biasanya adalah avanafil (Stendra), sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), vardenafil (Levitra, Staxyn), Alprostadil (Caverject, Edex, MUSE).
2. Terapi hormon
Mengutip dari NHS, pada kasus impotensi yang disebabkan oleh masalah hormon, dokter akan menganjurkan adanya penggantian hormon.
Salah satu contohnya adalah terapi testosteron pada orang dengan kadar testosteron rendah.
3. Terapi bicara
Pada kasus-kasus disfungsi ereksi akibat faktor psikologis, Anda bisa melakukan terapi bicara dengan terapis berpengalaman.
Biasanya, pada setiap sesi terapi Anda perlu membahas mengenai faktor stres, perasaan, hingga konflik bawah sadar yang mungkin mempengaruhi kondisi seksual Anda.
Selain itu, Anda mungkin juga perlu melakukan sesi konseling hubungan bersama pasangan.
4. Pompa vakum
Salah satu perawatan untuk impotensi lainnya adalah penggunaan pompa vakum.
Alat ini berguna untuk mendorong darah mengalir ke penis dan menyebabkan ereksi.
Biasanya alat ini baru digunakan ketika obat yang diberikan tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.
Cara merawat disfungsi ereksi di rumah
Anda juga bisa merawat masalah ereksi ini di rumah secara mandiri. Mengutip dari NHS, perubahan gaya hidup dapat membantu mengatasi masalah ereksi ini.
Beberapa hal yang perlu Anda lakukan di antaranya:
Cara mencegah impotensi
Cara terbaik untuk mencegah disfungsi ereksi adalah dengan melakukan gaya hidup sehat. Selain itu, mengelola kondisi kesehatan jika Anda mempunyai berbagai penyakit penyerta juga perlu dilakukan.
Beberapa cara mencegah impotensi di antaranya:
https://health.kompas.com/read/2020/07/25/210600168/impotensi--penyebab-gejala-komplikasi-dan-cara-mengatasi