KOMPAS.com – Sesak napas atau dyspnea adalah gejala subjektif berupa keinginan pada seseorang untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan.
Karena sifatnya subjektif, sesak napas tidak dapat diukur.
Gejala dyspnea kurang lebih dapat dirasakan dengan mencoba menahan napas selama kurang lebih 45-60 detik, kemudian menarik napas.
Di mana, saat itu timbul perasaan yang disebut dyspneic, yaitu kemauan untuk menambah upaya bernapas.
Beda sesak napas pada penyakit jantung dengan gangguan paru
Kejadian dyspnea atau sesak napas kiranya tak bisa dianggap remeh karena dapat menjadi gejala penyakit serius, termasuk penyakit jantung.
Selama ini masyarakat yang awam terhadap gejala penyakit jantung pada umumnya menyamakan sesak napas dengan gangguan paru-paru.
Masyarakat kemudian tidak menyadari keberadaan penyakit jantung dan mengganggap sesak napas yang dialami hanya sebagai gejala penyakit pernapasan tidak semengerikan penyakit jantung.
Penderita baru menyadari bahwa dirinya terkena penyakit jantung ketika kondisinya sudah parah.
Bahkan, tak jarang dari mereka pada akhirnya harus meregang nyawa karena keterlambatan penanganan.
Oleh sebab itu, penting bagi siapa saja untuk dapat mengenali perbedaan antara gejala sesak napas akibat penyakit jantung dengan sesak napas akibat gangguan paru-paru sebelum terlambat.
Berikut perbedaan yang bisa dikenali:
1. Perhatikan posisi badan
Melansir Buku Respirologi (Respiratory Medicine) (2007) oleh Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP, dalam mengevaluasi kejadian sesak napas, perlu diperhatikan keadaan ketika dyspnea terjadi.
Dyspnea dapat terjadi pada perubahan posisi tubuh.
Dyspnea yang terjadi pada posisi tubuh berbaring disebut ortopneu, biasanya disebabkan karena penyakit jantung (gagal jantung).
Sedangkan, platipneu adalah kebalikan dari ortopneu, yakni sesak napas yang terjadi pada posisi tegak dan akan membaik jika penderita dalam posisi barbering.
Platipneu lebih sering terjadi pada abnormalitas vaskularisasi paru, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Meski demikain, ortopneu juga dapat terjadi pada penyakit paru tahap lanjut dan paralisis diafragma bilateral.
Sesak napas yang disebabkan oleh PPOK maupun penyakit paru tahap lanjut kiranya perlu mendapatkan perhatian serupa penyakit jantung karena bisa juga menyancam nyawa.
2. Lihat waktu kejadiannya
Sesak napas yang terjadi tiba-tiba pada saat tengah malam setelah penderita tidur selama beberapa jam, biasanya terjadi pada penderita penyakit jantung.
Sedangkan sesak napas yang bisa terjadi sewaktu-waktu, biasanya dialami oleh penderita gangguan jantung.
3. Lihat gejala penyertanya
Melansir Buku Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner Kandas (2014) oleh Rita Hermawati & Haris Asri Candra Dewi, perbedaan sesak napas akibat penyakit jantung dengan sesak napas akibat gangguan paru-paru dapat dikenali lewat gejala penyertanya.
Sesak napas yang dapat menjadi gejala penyakit jantung biasanya disertai dengan:
Sedangkan sesak napas yang diakibatkan gangguan paru-paru, penderita biasanya mengeluhkan sesak napas saat tidur dalam satu posisi.
Namun, ketika posisi tidurnya diubah, rasa sesak napas pun berkurang dan bahkan bisa menghilang.
https://health.kompas.com/read/2020/08/03/090000568/beda-sesak-napas-akibat-penyakit-jantung-dan-gangguan-paru