KOMPAS.com – Sama halnya dengan jenis kanker lainnya, kanker serviks juga bisa mengancam nyawa.
Sayangnya, keberadaan kanker serviks sering kali baru terdeteksi setelah kondisinya cukup parah.
Pada umumnya, wanita yang memiliki lesi pra-kanker atau kanker serviks stadium awal, tak akan merasakan keluhan apa pun.
Keluhan sakit biasanya baru timbul ketika kanker sudah mulai bersifat invasif dan menyerang jaringan maupun organ tubuh di sekitarnya.
Oleh sebab itu, penting bagi siapa saja, terutama para wanita dapat mengenali penyebab kanker serviks dan faktor risikonya sebagai bagian dari langkah pencegahan penyakit ini.
Apa sebenarnya penyebab kanker serviks?
Melansir Buku Cegah dan Deteksi Kanker Serviks (2010) karya Dra. Hartati Nurwijaya, DR. Dr. Andrijono, Sp.OG (K), dan Prof. DR. H.K. Suheimi, Sp.OG (K), penyebab utama timbulnya kanker serviks adalah infeksi human papilloma virus (HPV) risiko tinggi atau HPV onkogenik, yaitu HPV yang mengandung protein yang menyebabkan terjadinya kanker (onkoprotein).
HPV adalah kelompok virus yang terdiri dari 150 jenis virus yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit.
Ada 30-40 jenis HPV yang dapat menyebabkan penyakit kelamin.
Beberapa jenis HPV bisa menyebabkan kutil kelamin.
Sedangkan, jenis HPV lainnya dapat menyebabkan kanker serviks.
13 jenis HPV yang bisa menyebabkan kanker, di antaranya yakni HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV 33, HPV 35, HPV 39, HPV 45, HPV 51, HPV 52, HPV 56, HPV 58, HPV 59, dan HPV 69.
Belasan jenis HPV tersebut dapat disebut sebagai HPV “risiko tinggi” yang ditularkan melalui hubungan seks.
Jenis HPV yang paling berbahaya adalah HPV 16 dan HPV 18 karena bisa menyebabkan 70 persen penyakit kanker serviks.
Sedangkan HPV yang tidak menyebabkan kanker disebut HPV “risiko rendah” dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seks (kulit ke kulit), seperti vaginal, anal, dan termasuk oral.
Penularan HPV pada umumnya melalui hubungan seks (90 persen) dan sisanya terjadi non hubungan seks.
Hubungan seks yang tidak aman, terutama pada usia muda bisa membuat infeksi HPV lebih memungkinkan.
Selain itu, wanita yang memiliki banyak pasangan seks atau berhubungan seks dengan laki-laki yang telah memiliki banyak “mitra” berisiko lebih besar mendapatkan HPV.
Banyak wanita mungkin memiliki HPV dari berbagai jenis, tapi sangat sedikit (2 persen) dari mereka akan menderita kanker serviks.
Sistem kekebalan tubuh sangat berperan dalam melawan virus HPV dan infeksi dapat hilang tanpa pengobatan.
Tetapi, ada beberapa wanita, infeksi virus tetap berlangsung dan dapat menyebabkan kanker serviks.
HPV terutama ditemukan pada wanita usia muda.
Kondom dilaporkan kurang membantu melindungi wanita terhadap HPV sekalipun telah digunakan dengan benar oleh pasangannya.
HPV pada kenyatannya masih dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain dengan cara kontak kulit ke kulit yang terinfeksi HPV dan daerah tubuh yang tidak tertutup kondom.
Meski HPV adalah faktor risiko penting kanker serviks, kebanyakan wanita dengan infeksi ini tidak mendapatkan kanker serviks.
Meski demikian, dunia kedokteran percaya HPV onkogenik sangat berperan terhadap terjadinya kanker serviks.
Terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko penyebab kanker serviks yang perlu diwaspadai:
1. Aktivitas seks kurang sehat
Melansir American Cancer Society, beberapa faktor yang berkaitan dengan riwayat seksual dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
Risiko ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh peningkatan kemungkinan paparan HPV.
2. Merokok
Ketika seseorang merokok, mereka dan orang-orang di sekitarnya terpapar banyak bahan kimia penyebab kanker yang mempengaruhi organ selain paru-paru.
Zat berbahaya ini diserap melalui paru-paru dan dibawa dalam aliran darah ke seluruh tubuh.
Wanita yang merokok sekitar dua kali lebih mungkin terkena kanker mulut rahim.
Produk sampingan tembakau telah ditemukan di lendir serviks wanita yang merokok.
Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA sel leher rahim dan dapat berkontribusi pada perkembangan kanker serviks.
Merokok juga membuat sistem kekebalan tubuh kurang efektif dalam memerangi infeksi HPV.
3. Daya tahan tubuh lemah
Sistem kekebalan tubuh penting dalam menghancurkan sel kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebarannya.
Pada wanita dengan HIV, pra-kanker serviks dapat berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat dari biasanya.
Human immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS diketahui dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menempatkan orang pada risiko yang lebih tinggi untuk infeksi HPV.
Kelompok wanita lain yang berisiko terkena kanker serviks adalah mereka yang menggunakan obat-obatan untuk menekan respons kekebalan tubuh, seperti wanita yang dirawat karena penyakit autoimun.
Penyakit autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh melihat jaringan tubuh sendiri sebagai benda asing dan menyerang mereka.
4. Infeksi Chlamydia
Chlamydia adalah jenis bakteri yang relatif umum yang dapat menginfeksi sistem reproduksi. Bakteri ini disebarkan melalui kontak seksual.
Wanita yang terinfeksi Chlamydia sering tidak memiliki gejala dan mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka terinfeksi sama sekali, kecuali mereka diuji selama pemeriksaan panggul.
Infeksi Chlamydia dapat menyebabkan peradangan panggul, yang menyebabkan infertilitas.
Beberapa penelitian telah melihat risiko kanker serviks yang lebih tinggi pada wanita yang tes darah dan lendir serviksnya menunjukkan bukti infeksi Chlamydia masa lalu atau saat ini.
Studi tertentu menunjukkan bahwa bakteri Chlamydia dapat membantu HPV tumbuh dan hidup di leher rahim yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
5. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang (pil KB)
Ada bukti bahwa minum kontrasepsi oral (OC) untuk waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
Penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker serviks naik ketika seorang wanita semakin sering mengonsumsi pil kontrasepsi oral.
Sementara, risiko kanker serviks kembali turun setelah kontrasepsi oral dihentikan, dan kembali normal beberapa tahun setelah berhenti.
Seorang wanita dan dokternya harus mendiskusikan apakah manfaat menggunakan pil KB lebih penting daripada risiko potensialnya.
6. Kehamilan
Wanita yang memiliki 3 atau lebih kehamilan penuh memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks.
Diperkirakan ini mungkin disebabkan oleh peningkatan paparan infeksi HPV dengan aktivitas seksual.
Penelitian telah menunjukkan perubahan hormon selama kehamilan yang mungkin membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV atau pertumbuhan kanker.
Pemikiran lain adalah bahwa wanita hamil mungkin memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah, memungkinkan infeksi HPV dan pertumbuhan kanker.
7. Kehamilan pada usia muda
Wanita yang hamil di usia kurang dari 20 dilaporkan lebih mungkin untuk mendapatkan kanker serviks di kemudian hari daripada wanita yang menunggu untuk hamil sampai mereka berusia 25 tahun atau lebih.
8. Status ekonomi
Banyak wanita berpenghasilan rendah tidak memiliki akses mudah ke layanan perawatan kesehatan yang memadai, termasuk skrining kanker serviks dengan tes Pap dan tes HPV.
Ini berarti mereka mungkin tidak diskrining atau dirawat karena pra-kanker serviks.
9. Diet rendah buah dan sayuran
Wanita yang dietnya tidak memasukkan cukup buah dan sayuran mungkin berisiko tinggi terkena kanker serviks.
Hal itu dikarenakan, tubuh tidak mendapatkan makanan kaya antioksidan, karotenoid, flavonoid dan folat, seperti buah-buahan dan sayuran yang bisa mendukung tubuh dalam menangkal HPV yang diketahui bisa menjadi penyebab kanker serviks.
10. Memiliki riwayat keluarga kanker serviks
Kanker serviks dapat terjadi pada beberapa keluarga.
Jika ibu atau saudara perempuan Anda menderita kanker serviks, peluang Anda terkena penyakit ini lebih tinggi daripada jika tidak ada seorang pun di keluarga yang mengidapnya.
Beberapa peneliti mencurigai bahwa beberapa kasus yang jarang dari kecenderungan keluarga ini disebabkan oleh kondisi bawaan yang membuat beberapa wanita kurang mampu melawan infeksi HPV daripada yang lain.
Dalam kasus lain, wanita dalam keluarga yang sama dengan pasien yang telah didiagnosis dapat lebih cenderung memiliki satu atau lebih faktor risiko non-genetik lainnya yang sebelumnya dijelaskan dalam bagian ini.
https://health.kompas.com/read/2020/08/03/210000168/10-penyebab-kanker-serviks-yang-harus-diwaspadai