Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Mengatasi Cedera Olahraga yang Benar, Jangan Langsung Dipijat

KOMPAS.com – Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada sistem otot dan rangka tubuh selama berolahraga.

Anak-anak sangat berisiko untuk jenis cedera ini, tetapi orang dewasa juga bisa mengalaminya.

Seseorang akan berisiko lebih besar mengalami cedera olahraga jika:

Jenis cedera olahraga

Melansir Health Line, cedera olahraga yang berbeda menghasilkan gejala dan komplikasi yang berbeda pula.

Berikut ini beberapa jenis cedera olahraga yang paling umum terjadi:

1. Cedera pengikat sendi atau ligamen (sprain)

Spain adalah cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada ligamen

Ligamen adalah potongan jaringan yang menghubungkan dua tulang satu sama lain dalam satu sendi.

Sobekan sebagian ligamen saat olahraga tidak selalu memengaruhi stabilitas sendi yang cedera.

Sobekan bisa terjadi di tengah ligamen atau di tempat menempelnya ligamen pada ujung tulang, dengan atau tanpa melibatkan bagian suatu tulang.

Sobekan lainnya adalah sobekan total suatu ligamen yang menyebabkan sendi kehilangan stabilitasnya.

Lokasi sobekan dapat di tengah atau di salah satu ujung tempat menempelnya ligamen pada tulang yang dapat menyebabkan sebagian tulang tersebut ikut terlepas.

2. Cedera otot (strain)

Cedera otot dapat terjadi karena ruda paksa atau overloading (pembebanan yang berlebihan) yang mengakibatkan otot putus atau sobek (rupture) dan terjadi pendarahan (haematome).

Sobekan dapat terjadi parsial maupun total atau menyeluruh (putus).

Sedangkan pendarahan otot terjadi di dalam otot.

Berdasarkan penyebabnya, cedera otot dibedakan antara sobek peregangan (distraction) dan kompresi (compression).

Masyarakat awam biasanya menyebut kondisi strain maupun sprain sebagai terkilir atau keseleo.

Untuk memastikan kondisi tersebut, seseorang yang mengalami cedera bisa meminta bantuan dokter. 

3. Cedera lutut

Cedera apa pun yang mengganggu pergerakan sendi lutut bisa menjadi cedera olahraga.

Ini bisa berkisar dari peregangan berlebihan hingga robekan pada otot atau jaringan di lutut.

4. Otot bengkak

Pembengkakan adalah reaksi alami dari cedera.

Otot yang bengkak juga bisa terasa nyeri dan lemah.

5. Tendon achilles pecah

Tendon achilles adalah tendon tipis dan kuat di bagian belakang pergelangan kaki.

Tendon sendiri adalah tali jaringan berserat tebal yang menghubungkan tulang ke otot.
Saat berolahraga, tendon achilles bisa pecah atau robek.

Jika itu terjadi, penderitanya mungkin mengalami nyeri hebat yang tiba-tiba dan kesulitan berjalan.

6. Fraktur

Fraktur juga dikenal sebagai patah tulang.

Patah tulang sering terjadi pada cabang olahraga bodycontact dan dapat memengaruhi jaringan sekitarnya, yaitu tendo, ligamen, otot, saraf, pembuluh darah, dan jaringan kulit.

Gejalanya, bagian tubuh lokasi patah tulang tidak dapat digerakkan sama sekali, rasa sakit yang hebat pada gerakan atau beban pada tulang, bengkak dan pendarahan di dalam kulit, dan atau keluar di daerah patah tulang, perubahan bentuk yang abnormal pada bagian tubuh lokasi tulang patah.

7. Dislokasi

Cedera olahraga dapat menyebabkan tulang terkilir di tubuh.

Ketika itu terjadi, tulang dipaksa keluar dari soketnya.

Ini bisa menyakitkan dan menyebabkan pembengkakan dan kelemahan.

8. Cedera rotator cuff pain (RCP)

RCP atau nyeri rotator cuff adalah kondisi cedera pada salah satu atau semua bagian ligamen di sendi putar bahu.

Robekan pada salah satu otot ini dapat melemahkan manset rotator.

Cara mengatasi cedera olahraga yang benar

Banyak orang sering kali langsung memijat bagian tubuh ketika baru mengalami cedera olahraga.

Padahal tindakan itu kurang dianjurkan karena justru dapat memperparah luka yang dialami.

Pasalnya, saat bagian tubuh mengalami cedera, otot ligamen maupun tendon akan terluka.

Ketika luka ini dipijat, dapat membuat kondisi trauma yang terjadi semakin parah.

Kondisi cedera olahraga itu pun kemudian bisa kian parah dan sulit disembuhkan.

Selain itu, ketika terjadi cedera pada tubuh saat olahraga, siapa saja disarankan untuk segera menghentikan segala aktivitas.

Melansir laman resmi Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI), tetap memaksa tubuh untuk berolahraga dan menahan rasa sakit saat mengalami cedera hanya akan memperparah kondisi cedera.

Pada tahapan ini, bagian tubuh yang mengalami cedera bisa mengalami inflamasi, yaitu terasa sakit, bengkak, berwarna kemerahan, dan terasa panas.

Gejala ini menggambarkan reaksi kimia di otot yaitu pemicuan terjadinya perbaikan di jaringan otot yang rusak.

Apabila tahap ini tidak ditangani dengan tepat, maka bisa menimbulkan kerusakan jaringan yang lebih parah.

Penanganan cedera yang tepat adalah diawali dengan melakukan metode “RICE” yaitu Rest, Ice, Compression, and Elevation untuk membantu menghilangkan rasa sakit, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan.

Berikut penjelasan singkatnya:

1. Rest

Istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera.

2. Ice

Letakkan bungkusan es (ice pack) pada bagian tubuh yang mengalami cedera.

Lakukan selama 20 menit, 4 – 8 kali sehari.

3. Compressing

Balut bagian tubuh yang mengalami cedera dan ditekan agar tidak terjadi pembengkakkan.

4. Elevation

Tinggikan posisi bagian tubuh yang mengalami cedera agar transportasi aliran darah kembali lancar.

Baru, apabila kondisi cedera ini tidak kunjung membaik setelah melakukan metode RICE, tenaga ahli biasanya akan melakukan beberapa tindakan lain sesuai dengan cedera yang dialami, termasuk terapi atau pijat.

Berkut ini beberapa tindakan lain yang bisa dilakukan:

1. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (NSAIDs)

Obat anti inflamasi biasanya diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan meredakan bengkak, misalnya aspirin atau ibuprofen.

2. Imobilisasi

Imobilisasi adalah pengobatan umum pada cedera, yaitu dengan sling, splint dan gips untuk melindungi bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan mencegah kerusakan yang lebih parah.

3. Operasi

Pada kondisi teretentu, tenaga ahli harus melakukan tindakan operasi untuk memperbaiki cedera.

Operasi biasanya dilakukan pada kondisi cedera tendon robek, ligamen, dan fraktur (patah tulang).

4. Terapi

Contoh terapi yang biasa diberikan yaitu arus listrik ringan (electrostimulation), gelombang suara (ultrasound), dan pijat (massage).

Selanjutnya, pemulihan cedera masuk ke tahap poliferasi.

Tahap poliferasi adalah tahapan di mana jaringan otot yang rusak sudah berangsur hilang dan mulai tumbuh jaringan otot baru sedikit demi sedikit.

Pertumbuhan jaringan baru akan berlangsung hingga jaringan terbentuk dengan sempurna dan siap menggantikan jaringan sebelumnya yang sudah rusak.

Sedangkan, tahapan terakhir pada pemulihan cedera adalah tahap rehabilitasi.

Pada tahap ini, bagian tubuh yang mengalami cedera dilatih dan mulai digerakkan secara perlahan-lahan dan bertahap untuk mengembalikan fungsi normalnya, termasuk pemulihan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.

Tahap rehabilitasi tak boleh dilakukan dengan terburu-buru agar cedera dapat sembuh total dan tidak menimbulkan cedera berulang (repetitive injury) di kemudian hari.

https://health.kompas.com/read/2020/09/26/163100968/cara-mengatasi-cedera-olahraga-yang-benar-jangan-langsung-dipijat

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke